Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mengelola Rusun Orang Miskin

Kompas.com - 25/08/2014, 16:10 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelolaan rumah susun sewa (rusunawa) bukan hal mudah. Tugas ini semakin berat lantaran penghuni rusun belum terbiasa hidup dalam hunian vertikal.

Hal tersebut disampaikan dalam acara bincang-bincang antar pengelola rusunawa di Jakarta, Senin (25/8/2014). Acara ini merupakan rangkaian kolokium besutan Puslitbang Sosekling Kementerian Pekerjaan Umum.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rusunawa, Nursaadah, memaparkan keadaan di Gresik yang penghuninya tidak memerdulikan kualitas kehidupan di dalam rusunawa. Bukan hanya di lorong-lorong atau di area gedung, mereka juga tidak memerdulikan kebersihan unitnya sendiri.

"Kadang-kadang, di dalam hunian, seenaknya sendiri. Misalnya ada saluran pembuangan yang buntu. Buntunya karena tersumbat kain pel, pembalut anaknya, itu masih kita jumpai. Padahal, satu buntu, berimbas ke penghuni yang lain," ujarnya.

Kisah Nursaadah berlanjut, penghuni rusunawa juga seringkali melakukan tindakan yang mengganggu penghuni lainnya. Salah satu tindakan mengganggu adalah pertengkaran rumah tangga. Akhirnya, keluarga yang bersangkutan, serta tetangganya, menyerahkan masalah tersebut pada UPT.

Hal-hal seperti ini menjadi masalah besar. Selain merugikan penghuni lain, pengelola pun harus turut serta menyelesaikan masalah. Padahal, menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BP Rusunawa Dinas Tata Kota Batam Muhammad Dicky, tanggung jawab pengelola rusunawa terbatas.

"Tupoksi kita itu sebenarnya kan mengelola rusun, mengoperasikan agar bangunan itu dapat berfungsi sesuai umur yang ditentukan. Kemudian, mengelola dan mengoperasikan rusun tersebut untuk digunakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," ujar Dicky.

Selain itu, menurut Dicky, masyarakat penghuni rusunawa bahkan kerap mencari celah untuk keuntungan diri sendiri dengan merekayasa kasus pencurian, pencolengan, dan tindak kriminalitas lainnya.

Kerumitan semacam ini telah menjadi "makanan" sehari-hari para pengelola rusunawa. Mulai dari penghuni yang selalu menunggak membaya sewa, lari, hingga mengancam pengelola, semua sudah pernah dia rasakan. Sayangnya, untuk tugas serumit ini, apresiasi yang dirasakan belum setimpal.

Di Batam, pengelolaan rumah susun berada di bawah Dinas Tata Kota Pemda Batam. Ada 119 tenaga yang bertugas mengelola rusunawa. Dua di antaranya, yaitu Dicky dan seorang kolega, yang merupakan Pegawai Negei Sipil. Sisanya, hanya tenaga honorer dengan penghasilan Rp 2.402.000 per bulan.

Jadi, siapa sanggup mengelola rusunawa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com