Di bawah bimbingan instruktur studio Richard Douzjian, para mahasiswa membuat struktur temporer yang terbuat dari benda-benda yang mudah diakses agar bisa dibangun dalam keadaan darurat. Para pengungsi bisa memanfaatkannya tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya.
Proyek yang paling menarik perhatian karena kesederhanaan bahan bakunya adalah "ECS-p1". Proyek ini hanya menggunakan dua material, yaitu krat-krat plastik yang biasa digunakan untuk membawa botol dan kabel tis. Memang, di bagian dasar konstruksi ini, para mahasiswa juga menyertakan blok beton sebagai pemberat.
Meski hanya menggunakan dua bahan baku yang bisa didapatkan dengan mudah, konstruksi ini punya banyak kelebihan. Karena memiliki ruang, masing-masing krat bisa berperan ganda sebagai ruang penyimpanan.
Konstruksi ini dianggap para mahasiswa lebih baik daripada tenda di pengungsian. Dalam iklim panas dan kering, struktur ini menawarkan cahaya alami ke dalam struktur, ventilasi, dan lebih dingin ketimbang tenda.
"ECS-p1" memberikan ruang seluas 9 meter persegi. Para mahasiswa membutuhkan 416 krat dan waktu pengerjaan antara lima sampai tujuh jam.
Proyek ini menggunakan pendekatan "arsitektur vernakular konsumeris". Konstruksi yang dibuat oleh mahasiswa ini bisa digunakan kembali di lokasi lain, terutama jika tidak rusak. Selain itu, bahan bakunya pun bisa didaur ulang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.