Pembangunan kampus ini tidak main-main. Gedung yang proses pembuatan konstruksinya telah rampung tersebut rupanya diperuntukkan sebagai Kampus Utama Binus University.
Menurut rencana, kampus tersebut akan mulai beroperasi pada September 2014 mendatang.
Kampus menempati area seluas lima hektar ini disebut-sebut mampu menampung 20.000 mahasiswa.
Dengan semangat, Harjanto menunjukkan fitur-fitur yang menjadikan kampusnya tergolong ramah lingkungan dan hemat energi. Berdasarkan fitur ini, Kampus Utama Binus University tersebut bukan hanya ""pintar" berkat penggunaan teknologi tinggi. Sebutan hijau untuk kampus tersebut juga cukup pantas karena pihak kampus secara aktif melakukan konservasi air.
"Kampus akan mengumpulkan air hujan, mengolah, dan menggunakannya kembali. Air ini akan digunakan untuk menyiram tanaman dan mengguyur toilet," ujarnya.
Untuk mengurangi penggunaan pendingin udara bisa dicapai dengan membatasi jumlah sinar matahari masuk ke dalam ruang kelas. Namun, cahaya sinar matahari juga harus dipertahankan agar ruang kelas tidak perlu menyalakan terlalu banyak lampu. Pengurangan ini dilakukan menggunakan teknologi kaca lapis ganda (double glazed), selain juga menyertakan taman vertikal di depan jendela.
Sementara itu, kampus tersebut juga akan menggunakan lampu hemat energi berteknologi LED dan pendingin udara berteknologi sistem pendingin air atau water cooled chiller dengan inverter screw chiller system. Meski enggan menyebutkan besarannya, Harjanto mengakui, bahwa investasi dikeluarkan untuk teknologi ini lebih besar dari pendingin udara konvensional.
"Namun, biaya sehari-harinya lebih murah. Ini akan menguntungkan mahasiswa karena minim biaya berulang," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.