Salah satu contoh terbaru adalah Kampus Utama Binus University yang baru memasuki tahap penutupan atap (topping off) di lokasi proyek di Alam Sutera, Serpong, Tangerang, Rabu (26/3/2014). Upacara tersebut sekaligus menandakan rampungnya pembuatan konstruksi bangunan kampus berjargon Kampus Pintar dan Hijau.
Ditemui di lokasi proyek, Rektor Binus University Prof Harjanto Prabowo mengemukakan antusiasmenya menanti Kampus Utama Binus University rampung dan bisa digunakan. Dengan semangat, Harjanto menunjukkan fitur-fitur yang menjadikan kampusnya tergolong ramah lingkungan dan hemat energi. Dia juga menunjukkan situs tidak jauh dari Kampus Utama yang akan dijadikan Perpustakaan Terbuka. Menurut rencana, kampus ini akan rampung dan bisa digunakan September 2014 mendatang.
Menurut Francis, mengurangi penggunaan pendingin udara bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sinar matahari masuk ke dalam ruang kelas. Namun, cahaya sinar matahari juga harus dipertahankan agar ruang kelas tidak perlu menyalakan terlalu banyak lampu. Pengurangan ini dilakukan menggunakan teknologi kaca lapis ganda (double glazed), selain juga menyertakan taman vertikal di depan jendela.
"Ini salah satu konsep penggunaan desain pasif yang memaksimalkan cahaya matahari," ujarnya.
"Kami kurangi bukaan jendela untuk mengurangi cahaya yang masuk. Kami hanya menggunakan 30 persen bukaan untuk cahaya. Kemudian kami juga membuat vertical green park, sehingga terlihat hijau dengan tanaman vertikal," tambahnya.
Sementara itu, menurut Harjanto, kampus tersebut juga akan menggunakan lampu hemat energi berteknologi LED dan pendingin udara berteknologi sistem pendingin air atau water cooled chiller dengan inverter screw chiller system. Meski enggan menyebutkan besarannya, Harjanto mengakui, bahwa investasi dikeluarkan untuk teknologi ini lebih besar dari pendingin udara konvensional.
"Namun, biaya sehari-harinya lebih murah. Ini akan menguntungkan mahasiswa karena minim biaya berulang.
Berdasarkan fitur ini, Kampus Utama Binus University tersebut bukan hanya ""pintar" berkat penggunaan teknologi tinggi. Sebutan hijau untuk kampus tersebut juga cukup pantas karena pihak kampus secara aktif melakukan konservasi air.
"Kampus akan mengumpulkan air hujan, mengolah, dan menggunakannya kembali. Air ini akan digunakan untuk menyiram tanaman dan mengguyur toilet," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.