Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maaf, Desain Signature Tower Jakarta Tak Bikin Bangga Indonesia!

Kompas.com - 25/03/2014, 16:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rancangan Signature Tower Jakarta tidak membuat bangga Indonesia. Konsep arsitektur vernakular yang diadopsi pada mahkota (crown) menara ini hanya sekadar tempelan. Crown tersebut lebih menyerupai buah nanas ketimbang Candi Borobudur sebagai konsep acuan.

Dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung Baskoro Tedjo mengatakan hal tersebut saat menjadi pembicara mengenai Cara Berpikir Arsitek Indonesia pada peluncuran produk YKK AP Nexsta, di Jakarta, Selasa (25/3/2014). Menurut Baskoro, desain Signature Tower Jakarta yang diklaim bakal menjadi gedung tertinggi di Indonesia itu seharusnya jangan berbentuk nanas. Arsiteknya harus merancang bentuk bangunan tersebut tampil lebih ikonik karena membawa nama Indonesia.

"Padahal Candi Borobudur yang mereka adopsi sebagai konsep desain bisa lebih megah daripada desain yang mereka hasilkan sekarang. Inilah kelemahan cara berpikir arsitek Indonesia, eksplorasi terhadap kekayaan vernakular sangat minim. Masa bentuknya nanas? Diperhaluslah menjadi lebih membanggakan Indonesia. Desain sekarang sama sekali gak bikin Indonesia bangga," papar peraih anugerah IAI National Awards 2002 untuk desain Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.

Untuk diketahui, Signature Tower dikembangkan oleh Grahamas Adisentosa (anak usaha Artha Graha Network). Smallwood, Reynolds, Stewart, Stewart and Associates Inc. (SRSSA) merancang gedung di CBD Sudirman ini dengan mengambil bentuk candi Borobudur sebagai inspirasi utama.

Seperti diberitakan, jika kelak gedung ini terbangun, mereka mengklaim akan menempati posisi kelima gedung tertinggi di dunia hingga 2020 mendatang. Posisi pertama saat ini ditempati oleh Kingdom Tower yang menjulang hingga 1 kilometer, disusul kemudian berturut-turut oleh Burj Khalifa, Ping An Finance Center, dan Seoul Light DMC Tower.

Managing Director Pandega Desain Weharima sebagai mitra lokal SRSSA, Tiyok Prasetyoadi, mengatakan, inspirasi Candi Borobudur merupakan pemenuhan prinsip local approach sebagai filosofi dasar sebuah karya arsitektur. Menurut dia, kearifan lokal adalah akar budaya yang harus ada dan diterjemahkan dalam desain bangunan Signature Tower.

"Itu bukan sekadar tempelan melainkan unsur utama yang mengikat unsur-unsur lainnya seperti teknologi, modernitas, dan manusia. Jadi, tampilan visual, lebih lagi eksistensi Signature Tower tidak sebatas merepresentasikan kemajuan teknologi, juga simbol budaya dan humanity," papar Tiyok saat presentasi Signature Tower dalam peta gedung pencakar langit di dunia.

Nantinya, di dalam kompleks pengembangan Signature Tower akan berdiri dua menara utama. Selain Signature Tower, menara lainnya dirancang setinggi 50 lantai. Menara kedua ini mencakup hotel dan perkantoran, sedangkan Signature Tower berisi ruang ritel, perkantoran, dan hotel. Untuk merealisasikan proyek multifungsi (mixed use project) ini Grahamas Adisentosa harus merogoh kocek senilai 2 miliar dollar AS (Rp 19,8 triliun).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau