Menurut juri "Contractor Award" pada ajang Indocement Awards 2014, Tiyok Prasetyoadi,
"Beberapa (perusahaan) sudah berinisiatif melakukan kriteria-kriteria tersebut, terutama kontraktor-kontraktor berskala nasional. Banyak yang sudah jadi pelopor. Untuk green construction misalnya menggunakan bahan yang bisa digunakan kembali di situs konstruksi. Kemudian, bagaimana mengolah air, bagaimana mereka mengurangi dampak (lingkungan), misalnya dalam pengangkutan tanah dan akhirnya merusak jalan," papar Tiyok.
Untuk itu, kata Tiyok, perlu kerjasama efektif dan berkesinambungan antarpelaku industri sektor konstruksi baik penyedia jasa konstruksi, operator swasta, pemilik proyek, dan pemerintah. Jika kontraktor-kontraktor bekerja dengan baik dan memenuhi kriteria tersebut di atas, seharusnya pemerintah memberikan reward (penilaian positif dan bentuk perhargaan lainnya).
Untuk meningkatkan mutu, dan juga menciptakan daya saing tinggi kontraktor-kontraktor di Indonesia, kompetisi merupakan salah satu sarana terbaik. Dengan berkompetisi, menurut Tiyok, para kontraktor dapat menguji kemampuannya dalam hal inovasi konstruksi, penerapan teknologi konstruksi, keamanan (safety), penggunaan material hijau dan lain sebagainya.
"Selain itu, kompetisi juga berpotensi mengubah pola pikir. Tidak hanya kontraktor yang bersangkutan, melainkan juga seluruh stake holder (semua pihak) di masa depan," tambah Tiyok.
Untuk diketahui, di Indonesia terdapat beberapa ajang kompetisi yang bisa diikuti seluruh kontraktor baik skala kecil, menengah maupun besar. Salah satunya adalah Indocement Awards 2014. Perhelatan ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali untuk menjaring terbaik di bidang konstruksi (contractor award). Selain itu, Indocement Awards juga memberikan apresiasi bagi pengembang terbaik (developer award), mahasiswa, arsitek, peneliti, dan masyarakat umum.