Royal Wharf diprediksi bakal menelan dana sebesar 200 juta poundsterling atau ekuivalen dengan Rp 3,6 triliun. Proyek ini menghimpun sekitar 3.400 unit apartemen yang dilengkapi dengan fasilitas komersial, pendidikan dan lain sebagainya. Royal Wharf akan menjadi rumah baru bagi 10.000 penduduk London.
Royal Wharf, yang sebelumnya dimiliki oleh Ballymore Group, perusahaan yang berbasis di Dublin, Irlandia, merupakan situs pengembangan terbesar yang ditawarkan sejak Battersea Power Station.Chief Executive Officer Oxley, Ching Chiat Kwong, mengungkapkan, bahwa Royal Wharf merupakan kesempatan luar biasa dan menawarkan kanvas kosong untuk membuat sesuatu yang sangat istimewa bagi London.
"Oxley akan membuat distrik ini menjadi lebih dinamis dan tak kan terlupakan dalam bagian pembangunan perkotaan London," tambahnya.
Sementara Boris Johnson mengatakan, pihaknya sangat berharap kepercayaan investor asing kepada iklim investasi di London akan berpengaruh pada masa yang akan datang.
"Investasi Oxley merupakan bukti lebih lanjut dan pengembangan kolosal yang dilakukan investor Timur Jauh di London," ujarnya.
Langkah strategis Oxley merupakan bagian dari gelombang baru investasi Asia di London. Awal pekan ini perusahaan dari negara yang sama yakni Pontiac Land Group membenamkan dana 300 juta dollar AS (Rp 3,3 triliun) untuk menghidupkan kembali sebuah menara New York dirancang oleh Jean Nouvel.
Bulan lalu, pengembang properti asal China, Greenland Holdings, mengumumkan rencana investasi di pasar properti London. Sebelumnya, Dalian Wanda Group membeli sebuah situs di kota ini senilai 700 juta poundsterling (Rp 12,6 triliun) yang akan dijadikan hotel dan apartemen.