Penjualan properti, khususnya hunian, melorot hingga ke level terendah sejak 2008 pada paruh pertama tahun ini pasca pemerintah setempat meningkatkan langkah-langkah untuk memadamkan kekhawatiran bahwa harga hunian semakin tidak terjangkau masyarakat. Termasuk pajak transaksi tambahan dan persyaratan ketat kredit properti.
Hal ini memicu para pengembang
bergabung dengan pengembang China daratan guna mempercepat pembelian properti di kota-kota dunia seperti New York dan London.Pengembang Hongkong, seperti dikatakan Jones LangLa Salle dan Cushman & Wakefield, mengubah orientasi bisnisnya dengan mencari proyek-proyek di luar negeri. Mereka agresif melakukan pendekatan terhadap kedua konsultan ini dan bertanya tentang kemungkinan investasi di London.
Menurut analis investasi JLL, Joseph Tsang, transaksi dapat terjadi dalam tiga sampai enam bulan ke depan. Selain London, mereka juga tertarik dengan Bangkok dan Tokyo. Jika kondisi pasar Hongkong semakin buruk dan menjadi tempat yang sulit untuk melakukan bisnis, maka akan semakin banyak pengembang yang mencari tempat lain di luar negaranya.
Sementara Cushman & Wakefield telah didekati oleh pengembang besar dan kecil sejak Februari lalu tepat ketika pemerintah Hongkong melipatgandakan bea materai semua transaksi properti dengan nilai di atas 257.951 dollar AS (Rp 2,8 miliar).
Selain kedua makelar ini, nama lain yang kebanjiran permintaan adalah Colliers International. Mereka tercatat sebagai makelar bakal akuisisi Great Eagle Holdings Ltd atas gedung perkantoran setinggi 28 lantai di 123 Mission Street, San Fransisco. Mereka membayar secara tunai dengan nilai 181 juta dollar AS (Rp 2 triliun).
Sementara pengembang Hongkong dengan ekuiti terkaya di dunia, Cheung Kong Holdings Ltd, telah lebih dulu go international dengan mengakuisisi sejumlah proyek komersial bernilai triliunan Rupiah di Inggris dan Amerika Serikat.
Ekspansi para pengembang Hongkong ke mancanegara kian memperkuat kedigdayaan pengembang Asia dalam menguasai pasar properti dunia. Setelah Cheung Kong, menyusul Fosun International Ltd . Pengembang yang berbasis di Shanghai ini pekan lalu sepakat untuk membeli Chase Manhattan Plaza dari JPMorgan Chase & Co senilai 725 juta dollar AS (Rp 8 triliun).
Menurut Real Capital Analytics, angka transaksi ini merupakan pembelian terbesar dari sebuah bangunan di New York oleh seorang pembeli asal China. Hal ini sekaligus menjadikan China memimpin negara-negara asing dalam investasi properti New York tahun ini, dengan catatan rekor pembelian 1,37 miliar (Rp 15,2 triliun).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.