"
Imbal hasil obligasi seluruh wilayah telah bergerak lebih tinggi, menyoroti kekhawatiran tentang arah harga global dan mendorong investor untuk menanggung kenaikan suku bunga selama proses terjadinya akuisisi," ujar Megan.Kondisi sebaliknya, justru terjadi di Hongkong. Kinerja investasi anjlok 76 persen selama kuartal 3 ketimbang tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh kesepakatan dengan langkah-langkah pendinginan pasar oleh pemerintah dan kekhawatiran melesatnya tingkat suku bunga. Akibatnya hampir 2 miliar dollar AS (Rp 22,1 triliun) modal dari Hongkong diinvestasikan di pasar Asia Pasifik lainnya.