Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asli... Cat Pelapis Ramah Lingkungan dari Yogyakarta!

Kompas.com - 09/03/2013, 12:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah keprihatinan dunia mengenai ketersediaan produk ramah lingkungan, Indonesia patut berbangga lantaran mampu memproduksi cat pelapis ramah lingkungan yang diakui dunia. Bio Industries, perusahaan berbasis di Yogyakarta ini telah mengembangkan formula cat pelapis, perekat berbahan dasar air, serta bahan-bahan kimia ramah lingkungan sejak 2002.

Setelah merasa gagal menembus pasar lokal di tahun-tahun awal usahanya, perusahaan tersebut kini tampil lebih percaya diri setelah dipercayai oleh beberapa negara anggota Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. BioColours, nama produk pelapis kayu berbahan dasar air dari Bio Industries, ini akhirnya mengantongi pengakuan ramah lingkungan dari lembaga analisa dan sertifikasi TUV Rheinland Jerman dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Produk tersebut telah mendapatkan sertifikat antara lain European Chemicals agency (ECHA) REACH Substance Very High Concern (SVHC) dan Environmental Protection Agency (EPA) tentang Volatile Organic Compound (VOC).

"Tidak mudah mendapatkan sertifikat ini karena mereka sangat ketat mengatur dan membatasi kandungan bahan kimia berbagaya bagi kesehatan manusia seperti formalin, merkuri, tinbal, benzene, serta 72 bahan kimia berbahaya lainnya," ujar Direktur Bio Industries Arifin Wicaksono di Jakarta, Jumat (8/2/2013).

Produk asli Yogyakarta ini bukan hanya cat pelapis. Bio Industries membagi produknya menjadi tiga kelompok besar, yaitu cat dan pelapis, perekat, dan bahan kimia lainnya. Ketiga kelompok besar ini seluruhnya bersifat water based atau berbahan dasar air. Arifin mengungkapkan, menggunakan produk ramah lingkungan mampu menekan biaya di kemudian hari serta mengurangi polusi udara yang mampu membahayakan penghuni ruangan.

"Selama ini memang yang ditonjolkan oleh produsen cat lain soal kualitas produk dan harga, sementara dampaknya bagi kesehatan terabaikan," keluh direktur yang akrab disapa Wicak ini. 

Wicak mengatakan, ihwal produk ramah lingkungan ini pihaknya mengklaim anti-hak paten. Namun, meski mengaku tidak akan mematenkan produknya tersebut, lanjut dia, bukan berarti produk dalam negeri ini berkualitas buruk.

"Alasannya, penemuan itu milik Tuhan. Persaingan tetap persaingan, kami kan maju terus. Jadi, kalau hari ini kita patenkan percuma, karena besok kita akan mengembangkan lagi," ujar Wicak.

Wicak mengaku tidak khawatir soal persaingan. Pasalnya, produk-produknya sudah mengantongi pengakuan ramah lingkungan dari lembaga analisa dan sertifikasi TUV Rheinland Jerman dan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Produk-produk ini juga telah mendapatkan sertifikat antara lain European Chemicals agency (ECHA) REACH Substance Very High Concern (SVHC) dan Environmental Protection Agency (EPA) tentang Volatile Organic Compound (VOC).

Ia berharap, inovasi ini bisa menjadi titik terang bagi industri kreatif di Indonesia. Bukan hanya diharapkan mampu memberikan keuntungan dan gairah berinovasi, mereka juga diharapkan mampu mengenalkan keunggulan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada dunia internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com