BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Kepastian relokasi ibu kota baru dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara di Provinsi Kalimantan Timur menjadikan posisi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) lebih strategis.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani menyatakan nilai lebih jalan bebas hambatan ini dalam konteks keibukotaan kepada Kompas.com, Minggu (8/9/2019).
"Selain lebih strategis, juga akan lebih banyak manfaatnya bagi masyarakat Kalimantan Timur," kata Desi.
VIDEO: Menjajal Tol Balikpapan-Samarinda, Pertama di Provinsi Ibu Kota
Untuk itu, Desi menegaskan kesiapan Jasa Marga selaku pemegang saham mayoritas konsorsium PT Jasamarga Balikpapan Semarang (JBS) dengan porsi 63,24 persen, mengambil-alih sejumlah segmen pekerjaan Seksi I dan Seksi V yang dibiayai APBD dan APBN.
Pengambilalihan pekerjaan ini dilakukan supaya manfaat dan fungsi Jalan Tol Balsam lebih maksimal jika dioperasikan serentak.
Baca juga: Tol Balsam di Provinsi Ibu Kota Baru Rampung Oktober 2019
Adapun segmen jalan Seksi I dan V yang diambil alih sepanjang 3,8 kilometer. Kondisi di lapangan, kedua seksi ini masih terkendala pengadaan lahan.
Terdapat dua bidang lahan yang belum bebas dengan kondisi lunak, dan sebagian tanah rawa yang tidak stabil sehingga membutuhkan rekayasa engineering.
"Struktur lahan harus di-treatment dulu, contohnya dengan pile slab, termasuk konstrukai untuk jembatan, dan ini ongkosnya mahal," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit.
"Ini harus kerja keras untuk menyelesaikan. Makanya kami harapkan BUJT berpartisipasi membangun Seksi I dan V yang kami tawarkan," ucap Danang.
Dengan pengambilalihan ini, konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah bertambahnya kebutuhan investasi.
Baca juga: Jalan Tol Pertama di Provinsi Ibu Kota Baru Dinilai Berkualitas Tinggi
Menurut Danang, investasi bakal lebih tinggi dibanding yang tercantum dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) senilai Rp 9,97 triliun.
"Kemungkinan akan lebih dari Rp 10 triliun. Ini sedang on going progress. Ada pekerjaan yang menggunakan teknologi konstruksi tertentu dan sedang diselesaikan penghitungannya oleh rekan-rekan," urai Danang.