Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Sebelum Ibu Kota Direlokasi, Belajarlah dari London

Kompas.com - 12/06/2019, 12:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM satu kegiatan saya sebagai fellow di Salzburg Global Seminar pekan lalu, saya berkesempatan bercengkerama dengan kawan Daniel “Geurilla Geographer” Raven-Ellison. Dia merupakan orang yang kini menjadi perhatian di Inggris Raya.

Lima tahun lalu, Daniel memulai kampanye akar rumput sebuah ide yang cukup gila dan radikal, yaitu menjadikan kota London sebagai Kota Taman Nasional.

Ya betul, bukan sebaliknya yaitu taman nasional di dalam kota. London National Park City adalah status Taman Nasional bagi seluruh kawasan kota London.

Tentu saja ide menjadikan ibu kota Inggris yang besar dan rumit ini sebagai “taman nasional" dianggap radikal, karena status Taman Nasional yang berlaku secara internasional erat kaitannya dengan berbagai prasyarat dan aturan yang melekat padanya.

Pada acara National Park City Festival 20-28 Juli mendatang, berbagai acara urban festival akan berlangsung di kota London, sekaligus menandai sebuah status baru London National Park City.

Filosofi taman nasional mulai hadir melalui penyair terkenal Inggris yang lahir tahun 1770 William Wordworth dalam karya-karya romantiknya tentang alam, terutama tempat kelahirannya Lake District.

Wordworth menyebut alam dan lingkungan sebagai “milik nasional, semua orang memiliki hak dan kebutuhan, mata yang perlu dipuaskan dan hati untuk menikmati”.

Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area) oleh World Conservation Union Kategori 2. Indonesia meratifikasi ini, dan taman nasional diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Dalam tatanan perencanaan ruang di Indonesia, dikotomi kawasan pelestarian alam dan konservasi dengan kawasan penggunaan lain, merupakan isu besar sumber konflik ruang tak kunjung usai.

Bagi para perencana, mencampur adukan taman nasional dengan kota metropolitan yang guna lahannya intensif, nyaris sebuah kemustahilan di Indonesia.

Tengok kota Palangkaraya, yang pada awal perencanaannya bahkan digadang jadi ibu kota negara pada zaman Soekarno. Komposisi penggunaan lahan ini sampai tahun 2016 terdiri atas 27,6 persen kawasan lindung dan 72,4 persen kawasan budidaya.

Yang termasuk dalam Kawasan Lindung yaitu Daerah Sempadan Sungai (DSS), Hutan Lindung, Suaka Alam, Taman Nasional Darat dan Cagar Alam Darat. Sedangkan yang termasuk dalam Kawasan Budidaya yaitu Area Penggunaan Lainnya (APL), Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK) dan Hutan Produksi (HP).

Pengaruh pada Desain Kota

Para pakar pertamanan dan perkotaan dunia yang berkumpul di Salzburg pun menyambut upaya yang sedang dilakukan oleh London. Optimisme tumbuh terutama dikalangan conservationist dan pegiat lingkungan.

Para perencana pun melihat dari aspek potensi peningkatan vibrancy dan potensi peningkatan kualitas hidup di kota London.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau