Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Lalu Cibubur-Jonggol Tidak Dilirik, Sekarang?

Kompas.com - 16/05/2019, 17:35 WIB
M Latief

Editor

CIBUBUR, KOMPAS.com - Sepuluh tahun lalu koridor Cibubur – Jonggol atau jalur alternatif Transyogi memang belum dilirik sebagai kawasan investasi properti yang menarik. Sekarang ini, jalur tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu kawasan yang berkembang di wilayah Jabodetabek.

Hal itulah yang dikatakan oleh Piter Simpony Deputy, CEO Harvest City, yang berani membandingkan Transyogi dengan beberapa wilayah lainnya, seperti Serpong atau Bintaro. Piter mengatakan, harga properti (tanah dan bangunan) di wilayah Transyogi sudah jauh lebih kompetitif sehingga kemungkinan naik berkali lipat.

"Sementara di wilayah lainnya harga properti sudah mencapai harga maksimal atau stagnan. di di koridor Transyogi saat ini berkisar antara Rp2 juta sampai Rp10 juta. Kalau di daerah penyangga Jakarta lainnya sudah Rp15 juta sampai Rp30 juta," kata Piter, Kamis (16/5/2019).

Dia memperkirakan, sekitar 5 sampai 10 tahun ke depan harga tanah di kawasan Transyogi bisa naik di atas Rp15 juta. Dia beralasan bahwa hal itu dapat terjadi seiring perkembangan infrastruktur dan fasilitas kotanya.

Piter menambahkan, tumbuhnya perumahan dalam berbagai segmen, area komersial, mal, hotel, bahkan apartemen yang eksis di sepanjang koridor Transyogi menjadi bukti bahwa kawasan tersebut masuk kategori sunrise property.

"Kan sudah ada beberapa mal yang eksis, mulai Cibubur Square, Cibubur Juntion, Plaza Cibubur, Mal Ciputra Cibubur, Metropolitan Mall Cileungsi, Cibubur Point, Ruko Kranggan Permai, Cibubur Times Square, dan yang terbaru Trans Studio Mall," kata Piter.

Bahkan, di sepanjang koridor Cibubur hingga Jonggol diperkirakan sudah lebih dari 100 perumahan skala besar, menengah, dan kecil, termasuk beberapa klaster kecil yang tumbuh di sekitar perumahan besar.

Piter memperkirakan, kenaikan harga properti akan terjadi ketika pembangunan sejumlah ruas infrastruktur jalan tol dan transportasi massal (light rail transit/LRT), termasuk pelebaran jalan utama Transyogi, selesai. Semua itu diharapkan dapat menjadi solusi pengurai kepadatan lalu lintas.

"Sekarang ini kan Jalan Tol Cimaci atau Cimanggis–Cibitung itu sedang dikebut pemerintah. Panjangnya 26,4 kilometer. Tol ini yang nantinya terhubung dengan beberapa jalan tol lainnya di Simpang Susun Cimanggis, seperti Tol Jagorawi dan Tol Cijago. Ini yang dongkrak nilai properti di sepanjang jalur Cibubur – Jonggol," papar Piter.

Adapun ruas jalan Tol Cimaci terdiri dari dua seksi, yakni seksi I dengan ruas Cimanggis Junction (Tol Jagorawi)-Transyogi sepanjang 3,1 km dan seksi II Transyogi-Cibitung (Tol Cikampek) sepanjang 23,3 km.

Perkembang komersial

Gencarnya pembangunan infrastruktur di Transyogi bisa memberi dampak positif terhadap perkembangan bisnis properti, apalagi bisnis properti di beberapa kawasan Jabodetabek sudah mengalami kejenuhan. Pembeli, terutama investor, akan mencari kawasan-kawasan "muda" yang sedang bertumbuh pesat.

Piter mengatakan, pada sisi itulah koridor Transyogi punya potensi tepat menjaring investor, terutama yang ingin meraup margin tinggi.

"Karena, meskipun semakin padat, jalur Cibubur-Jonggol ini masih terus dilirik pengembang. Bukan hanya untuk properti residensial, tapi juga komersial, khususnya bisnis hypermart makanan cepat saji yang terus tumbuh," kata Piter.

Tak heran, lanjut dia, Harvest City pun ikut melakukan hal itu, salah satunya menggarap kerja sama dengan PT Fast Food Indonesia yang membuka gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) stan alone dan Narma Toserba yang akan dibuka 25 Mei 2019 pekan depan di Harvest City.

Piter optimistis, dalam 3 – 5 tahun ke depan perumahan skala kota ini akan berkembang cepat. Hal itu mengingat Harvest City adalah perumahan yang punya cadangan tanah (land bank) besar di koridor Transyogi, yaitu seluas 1.350 hektar.

Kedua, selain master plan didesain berskala kota, produk hunian ini membidik semua segmen mulai rumah seharga Rp200 jutaan sampai Rp1 miliar.

Pada segmen kelas menengah misalnya, tutur Piter, ada klaster Sweet Alba yang ditawarkan mulai Rp400 jutaan untuk hingga Rp800 jutaan untuk rumah dua lantai. Selain itu, ada juga klaster Rosaline yang seharga Rp400 jutaan, dan klaster Rosemary seharga Rp500 jutaan.

"Kalau bicara fasilitas, pertumbuhannya akan menjadi trigger kenaikan nilai investasi. Kami yakin itu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau