JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi berbagi telah merambah berbagai sektor, termasuk bisnis dan industri properti.
Kendati secara umum masih dalam kondisi penuh tantangan, bisnis dan industri properti tetap dipandang menjanjikan.
Terlebih jika properti yang Anda miliki dijadikan sebagai instrumen investasi, banyak peluang yang bisa dijajaki. Satu di antaranya melalui mekanisme ekonomi berbagi tadi.
Termotivasi fenomena aktual tersebut, Travelio Property Management berupaya membantu para investor memaksimalkan potensi penyewaan.
Mereka menawarkan konversi properti fisik menjadi pendapatan rutin atau passive income.
Baca juga: Travelio Rilis Divisi Manajemen Properti
Head of Business Development Travelio Felicia Gautama menuturkan, cukup banyak investor properti yang tidak mengetahui bagaimana memonetisasi aset mereka secara maksimal.
Alih-alih berinvestasi, kenyataannya banyak properti, terutama apartemen yang justru menjadi beban.
"Investor tetap harus membayar maintenance fee listrik, air, keamanan, dan lain-lain. Padahal apartemen tersebut tidak mereka tempati," tutur Felicia dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (31/1/2019).
Sebagai platform daring, lanjut Felicia, Travelio membantu pemilik apartemen mengelola asetnya.
Mulai dari check in and out, pembersihan unit, marketing channel baik daring maupun luring, hingga mengelola keluhan konsumen.
"Kami memiliki sistem dan aplikasi yang dapat menginformasikan investor melalui notifikasi surel saat ada tamu yang check in, kemudian detail pemesanan secara terperinci," imbuh Felicia.
Felicia memaparkan, peluang memonetisasi aset apartemen untuk saat ini lebih menjanjikan. Kebutuhan tak pernah surut, terutama dari kalangan milenial produktif yang memang membutuhkan hunian praktis, dekat tempat kerja, dan multifungsi.
Dia memerinci, dengan asumsi harga sewa per malam Rp 350.000 untuk unit studio, pemilik apartemen akan memperoleh pendapatan Rp 3,150 juta per bulan.
Hitungannya begini, harga sewa per malam Rp 350.000, komisi Travelio 25 persen atau Rp 125.000 per malam.
Angka sewa per malam dikali jumlah malam terjual dikurangi 25 persen, dengan memperhitungkan tingkat okupansi paling minimal atau 40 persen dalam 1 bulan (12 hari).