KOMPAS.com - Menjelang perbatasan Batang-Kendal, kendaraan pemudik Lebaran 2018 yang melintasi Batang-Kendal mesti dikurangi kecepatannya.
Jika sebelumnya, pengemudi bisa melaju dengan kecepatan sekira 40 hingga 80 kilometer (km) per jam, mereka mesti melaju dengan kecepatan 20 hingga 30 km per jam menjelang lokasi pembangunan Jembatan Kalikuto.
Akibatnya, kendaraan bermotor melaju padat merayap sekira 5 km menjelang titik keluar Gringsing yang berada di perbatasan Batang-Kendal.
Exit tol Gringsing di sekitar Jembatan Kalikuto memang merupakan salah satu titik kritis di sepanjang ruas tol fungsional Batang-Semarang beberapa hari menjelang hari raya Lebaran.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada H-2 Lebaran, Jembatan Kalikuto yang merupakan bagian dari Tol Batang-Semarang resmi difungsikan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, Jembatan Kalikuto merupakan missing link dari jaringan Tol Trans Jawa sepanjang 760 km yang membentang dari Jakarta hingga Surabaya.
Pemerintah memang menargetkan pembangunan Tol Batang-Semarang, termasuk Jembatan Kalikuto, rampung pada akhir 2018.
“Setelah arus mudik dan balik selesai, pengerjaan jembatan ini akan dilanjutkan kembali,” kata Basuki dilansir Kompas.com Kamis (14/6/2018).
Tol Trans Jawa tersambung
Bukan hanya Tol Batang-Semarang, pemerintah juga menargetkan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Merak hingga Surabaya rampung konstruksinya pada akhir tahun ini. Untuk itu, pemerintah fokus menyelesaikan pembangunan Jembatan Kalikuto dan Jembatan Kalikenteng di ruas Tol Salatiga-Boyolali.
Bahkan, pekan lalu, tepatnya pada 8 dan 9 November 2018, pemerintah melakukan uji beban (loading test) Jembatan Kalikuto. Pengujian itu merupakan syarat untuk mendapatkan sertifikat kelaikan keamanan dan keselamatan dari Komite Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ).
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Sugiyartanto meninjau langsung kondisi Jembatan Kalikuto pada Jumat (9/11/2018) di Batang, Jawa Tengah.
Selain Sugi, Direktur Pengembangan Jaringan Jalan Rachman Arief Dienaputra, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Semarang Achmad Cahyadi, dan Kepala Balai Jembatan Khusus dan Terowongan Jalan Yudha Handita Pandjiriawan ikut meninjau jembatan sepanjang 160 km itu.
“Harus diuji coba (bebannya) secara langsung, untuk mengetahui tingkat kemanan dan keselamatan dari jembatan itu sendiri,” kata Sugiyartanto dalam keterangan tertulis.
Jembatan Kalikuto merupakan jembatan pertama di Indonesia yang strukturnya dirakit di lokasi pemasangan. Sementara itu, material baja jembatan ini dirakit di tiga lokasi yang berbeda yakni di Serang, Tangerang, dan Pasuruan.
Jembatan dirancang secara khusus untuk memenuhi unsur kekokohan, fungsi, sekaligus estetika. Jembatan Kalikuto yang memiliki bobot 2.400 ton tersebut diharapkan menjadi landmark Tol Batang-Semarang.
Kepala Balai Jembatan Khusus dan Terowongan Jalan Yudha Handita Pandjiriawan mengatakan, sesuai Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 41 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan, sebuah jembatan yang sudah selesai konstruksinya, sebelum operasional harus disertifikasi melalui pengecekan oleh KKJTJ yang salah satunya melalui uji beban.
Adapun loading test jembatan Kalikuto dilakukan dua kali, yakni uji beban statis pada Kamis (8/11/2018) malam dan uji beban dinamis pada Jumat (9/11/2018) pagi.
Yudha menjelaskan, uji statis dilakukan untuk mengetahui deformasi jembatan terhadap beban yang direncanakan. Tes tersebut dilakukan dengan memposisikan 36 truk pada titik-titik tertentu dari jembatan untuk mengetahui deformasinya.
“Sedangkan, uji beban dinamis dilakukan dengan men-jumping-kan truk dengan membuat jembatan bergoyang atau vibrasi sehingga diketahui frekuensinya yang tergantung pada tingkat kekakuan jembatan,” katanya.
Uji beban sebuah jembatan khusus, ia melanjutkan, sangat penting sebagai benchmarking kondisi jembatan tersebut.
Yang perlu dicatat, loading test tidak hanya dilakukan seusai rampungnya konstruksi jembatan, namun perlu dilakukan secara teratur setiap lima tahun sekali.
“Tujuannya, mengetahui keadaan jembatan setelah digunakan dan untuk menentukan apakah perlu atau tidaknya rehabilitasi atau perbaikan tertentu,” ujar dia.