BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR

Asa Membangun Jembatan Cipatujah dalam Sepekan

Kompas.com - 14/11/2018, 12:25 WIB
Kurniasih Budi,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warga pesisir pantai selatan Tasikmalaya maupun Garut Selatan kini tak bisa lagi saling terhubung dengan mudah. Pasalnya, arus sungai yang deras meruntuhkan Jembatan Pasanggrahan di Desa Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Hujan deras yang terjadi sejak Senin (5/11/2018) malam hingga Selasa (6/11/2018) menyebabkan banjir. Ditambah lagi, kondisi laut tengah pasang dan arus air di Sungai Pasanggrahan besar mengalir ke muara dan kembali lagi ke sungai.

Kondisi alam yang sedemikian rupa juga berakibat air meluap dan membanjiri permukiman warga. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sekira 50 rumah kebanjiran di Kampung Jajawan, Cipatujah.

Secara geografis, Jawa Barat memang merupakan provinsi yang paling rawan bencana hidrologis. Kompas.com, Jumat (9/11/2018) melansir, potensi bencana hidrologis di Jawa Barat mencapai 60 persen karena faktor alam.

Oleh karenanya, warga Jawa Barat diimbau untuk selalu waspada terhadap bencana longsor dan banjir. Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga meminta agar aparat kewilayahan segera menyiapkan rencana tanggap bencana.

Gerak cepat Kementerian PUPR

Tak tinggal diam, pemerintah pusat bergerak cepat turun tangan untuk menangani kerusakan Jembatan Cipatujah di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun segera merancang pembangunan jembatan sementara untuk menggantikan jembatan yang rusak.

Direktur Preservasi Jalan Atyanto busono ikut turun langsung ke lokasi bencana demi bisa mempercepat perbaikan jembatan.

“Kejadian menjelang subuh hari ini, memang kondisinya hujan deras semalaman sehingga banjir dan sungainya meluap. Memang secara lokasi, jembatan ini jaraknya sangat dekat dengan muara laut,” kata Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah III Jawa Barat, Direktorat Jenderal Bina Marga Andri Irfan, Selasa (6/11/2018) siang.

Dari tiga bentang jembatan sepanjang 127 meter itu, bentang tengah mengalami kerusakan akibat arus yang deras. Oleh karenanya, Ditjen Bina Marga mengirimkan rangka jembatan bailey dari workshop milik Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN VI) di Cikampek, Jawa Barat.

Rangka jembatan bailey yang dikirimkan ke lokasi Jembatan Cipatujah panjangnya berkisar antara 70 hingga 80 meter. Irfan memprediksi, perbaikan jembatan yang menghubungkan Pamengpek, Kabupaten Garut dengan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya membutuhkan waktu 2 hingga 3 hari.

Material yang akan digunakan untuk membangun jembatan bailey sebagai pengganti sementara Jembatan Cipatujah yang roboh akibat diterjang arus deras pada Selasa (6/11/2018) lalu. Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Material yang akan digunakan untuk membangun jembatan bailey sebagai pengganti sementara Jembatan Cipatujah yang roboh akibat diterjang arus deras pada Selasa (6/11/2018) lalu.

Berdasarkan laporan KompasTV pada Minggu (11/11/2018), proses pemasangan jembatan darurat di Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat masih terkendala karena intensitas hujan yang tinggi. Akibatnya, arus deras masih terjadi di Sungai Ciandum.

Di samping itu, tim pembangunan jembatan juga masih menunggu crane yang belum tiba di lokasi. Sementara itu, seluruh materi untuk pembangunan jembatan bailey sudah siap.

Jembatan Cipatujah sendiri terletak di ruas jalan Cikaengan-Cipatujah, sekira 201 kilometer dari Bandung. Jembatan beton tersebut dibangun pada 2006.

Awalnya, ia melanjutkan, jembatan itu merupakan milik pemerintah provinsi Jawa Barat yang kemudian diserahkan kepada pemerintah pusat.

Selain membangun jembatan bailey, kata Irfan, ada kemungkinan jembatan akan ditangani secara permanen di kemudian hari karena kondisi kerusakan tersebut. Apalagi, jembatan itu merupakan satu-satunya akses jalan dengan jarak tempuh terdekat bagi masyarakat di dua kabupaten.

Akibat Jembatan Cipatujah putus, masyarakat yang menggunakan kendaraan mesti memutar sejauh 125 kilometer dengan waktu tempuh sekira 4 jam 40 menit. Maka dari itu, tak ada alasan lagi bagi pemerintah, khususnya Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR untuk segera merampungkan pembangunan jembatan bailey.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com