BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR

Kisah di Balik Pemulihan Infrastruktur di Lokasi Bencana

Kompas.com - 12/11/2018, 14:49 WIB
Kurniasih Budi,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Penanganan pascabencana tak cuma soal evakuasi korban bencana yang selalu menjadi tayangan utama di media massa. Orang lupa, ada hal sangat penting yang secepatnya harus dilakukan, yakni pemulihan sarana dan prasarana infrastruktur agar penanganan bencana itu sendiri bisa berjalan lancar sampai akhir.

Satu contoh paling nyata adalah penanganan pascabencana di Sulawesi Tengah. Gempa berkekuatan magnitudo 7,4 yang diikuti tsunami menghancurkan Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018).

Bencana itu pun memakan ratusan korban jiwa dan ribuan orang terluka. Bangunan yang terdiri dari fasilitas umum dan sosial, bangunan komersial, rumah penduduk, dan infrastruktur banyak yang rusak berat.

Tak cuma manusia yang mendapat pertolongan, rusaknya kondisi infrastruktur pun menjadi perhatian pemerintah pusat dalam pemulihan pascabencana gempa bumi, likufaksi, dan tsunami yang melanda Sulteng pada akhir September 2018 lalu itu.

Kompas.com pada akhir September lalu melansir, Kepala Stasiun Geofisika Kota Palu Cahyo Nugroho mengatakan, tsunami menyebabkan sebuah kapal melintang di tengah jalan yang berlokasi di Kecamatan Mamboro, Kota Palu. Jalan raya rusak seperti terbelah atau aspalnya terangkat.

Bangunan rusak berat bahkan rata tanah di wilayah sepanjang pantai di Teluk Palu. Gelombang tsunami menghancurkan perumahan di sekitar Teluk Palu. Amblesan dan pengangkatan permukiman juga terjadi di Balaroa.

Tak cuma itu, likuifaksi menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge, dan Sibalaya. Sejumlah jembatan yang menjadi akses masyarakat pun rusak berat.

Penyelesaian tahap akhir pemulihan jalan longsor di jalan nasional Palu-Toli-toli (pantai barat)Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Penyelesaian tahap akhir pemulihan jalan longsor di jalan nasional Palu-Toli-toli (pantai barat)
Sebagai sarana pendukung mobilitas masyarakat dan akses logistik bantuan bencana, fasilitas umum seperti jalan dan jembatan menjadi prioritas utama untuk dipulihkan.

Namun, dalam kondisi serba sulit itu, banyak kendala dihadapi para pekerja untuk menangani kerusakan infrastruktur jalan maupun jembatan tersebut.

Rudy Rachadian, anggota Tim 10 Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mengaku sempat kesulitan mendapat peralatan penunjang kerja.

Rudy berkisah, alat berat yang akan digunakan mengangkut material dari sisa bangunan atau rangka jembatan mesti didatangkan dari luar Sulawesi Tengah, seperti Balikpapan di Kalimatan Timur dan Gorontalo.

Setelah alat berat datang, untuk mobilisasinya pun sempat mengalami kendala lantaran sejumlah akses jalan mengalami kerusakan.

Tak cuma itu, untuk mengoperasikan alat berat pun tak bisa begitu saja dilakukan. Pasalnya, bahan bakar untuk alat berat, seperti solar, sempat susah didapatkan.

“Kalau pun ada, harganya jauh di atas harga normal,” ujar Rudi kepada Kompas.com.

Kondisi Jembatan Palu IV atau Jembatan Kuning pasca gempa dan tsunami, Senin (1/10/2018)Kementerian PUPR Kondisi Jembatan Palu IV atau Jembatan Kuning pasca gempa dan tsunami, Senin (1/10/2018)
Anggota Tim 10 lainnya Agustinus Catur Nugroho menuturkan, pembersihan area pemukiman terdampak tsunami pun tak berjalan mulus.

Sebagian warga setempat melarang para pekerja membersihkan puing-puing. Alasannya, mereka hendak memanfaatkan kembali sisa-sisa reruntuhan untuk membangun kembali rumah yang telah hancur.

”Keberadaan para pemulung besi bekas pada area reruntuhan bangunan menghambat eskavator untuk bermanuver,” keluh Catur.

Proses pemulihan area pemukiman, jalan, dan jembatan di masa awal pasca bencana dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kementerian pun membentuk Tim 10 yang terdiri atas sepuluh orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Direktorat Jenderal BinaMarga.

Mereka ditugaskan melakukan perbaikan sementara agar jalur-jalur logistik aman, utamanya pada ruas-ruas jalan utama. Mereka juga melakukan desain untuk jalan dan jembatan rusak yang membutuhkan waktu cukup panjang dalam proses perbaikannya.

Adapun proses perbaikan atau pembangunan kembali infrastruktur yang membutuhkan waktu panjang itu akan dilakukan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

Sinergi bangun negeri

Seluruh anggota Tim 10 yang terjun ke Sulawesi Tengah bekerja sama dengan sejumlah BUMN konstruksi untuk menangani kerusakan infrastruktur pada masa tanggap darurat dan masa transisi, mulai 25 Oktober hingga 25 Desember 2018.

Bekerja jauh dari keluarga di lokasi bencana tidak semuanya berupa cerita sendu. Pengalaman manis pun tak jarang mereka alami. Masyarakat kadang memberi perhatian lebih pada Tim 10 dengan cara-cara yang unik.

Di sini, lanjut Rudy, semua pihak bekerja secara bersinergi mulai dari anggota Kementerian PUPR, PLN, Telkom, sampai pihak swasta.

Situasi pascabencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, akhir September 2018Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Situasi pascabencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, akhir September 2018
Pada suatu hari, ada karyawan perusahaan consumer goods yang datang membawa sekotak penuh minuman berenergi ketika seluruh pekerja sedang mengawasi pekerjaan.

"Biar seger, Pak!" kata karyawan itu seraya menyerahkan minuman seperti yang ditirukan Rudy.

Warga setempat pun tak menutup mata atas apa yang dilakukan para pekerja. Sebagai ucapan terima kasih, mereka tak segan mengupaskan kelapa muda di saat para pekerja bekerja keras.

“Pernah juga, suatu hari kami ikut solat di masjid darurat mereka. Sebagai rasa terima kasih, mereka memberikan peci sebagai kenang-kenangan,” ujar dia.

Catur pun mengakui banyak peristiwa unik yang terjadi selama terjun ke lokasi bencana di Sulawesi Selatan. Keajaiban-keajaiban yang dialami para korban bencana di antaranya.

“Banyak cerita dari warga setempat terkait keajaiban yang menyertai para korban selamat,” kata dia.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com