JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan suatu kawasan memerlukan perencanaan yang matang. Alih-alih menghadirkan suatu tatanan kota modern, perencanaan yang asal-asalan justru akan membuat suatu wilayah semrawut.
Dalam konteks pembangunan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau Jabodetabek, diperlukan sinergi antar-setiap pemangku kepentingan.
Pembangunan pun harus saling terintegrasi agar tidak terjadi ketimpangan antara wilayah satu dengan yang lain.
"Kalau kita bicara urban development, setiap kepala daerah itu harus duduk bersama untuk merencanakan pembangunan dalam 25 tahun ke depan," kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar saat diskusi bertajuk The Next 30 Years of Urban and Real Estate Development in Indonesia di Universitas Tarumanegara, Jumat (2/11/2018).
Selama ini, ia menambahkan, paradigma yang terbangun yaitu daerah yang berada di sekitar Jakarta, hanyalah menjadi penyangga ibu kota.
Padahal, bila dilihat dari tingkat anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), wilayah-wilayah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan Jakarta.
Hubungan antar-daerah yang terbangun pun menjadi kurang maksimal. Sebagai contoh, ketika berbicara hubungan Jakarta-Bekasi, maka yang teringat hanyalah soal pengelolaan sampah di Bantar Gebang.
Sementara, bila berbicara hubungan antara Jakarta-Kabupaten Tangerang, maka yang teringat hanya terkait sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane.
"Memang, antara Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, kalau Bekasi kenapa-kenapa, Jakarta akan terasa juga. Begitu juga di Bogor. Jadi, dampak Jakarta terhadap daerah mitra ini sangat tinggi sekali," ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Tarumanegara Agustinus Purna Irawan menilai, perencanaan pengembangan kawasan yang matang diperlukan guna mengatasi stagnasi pembangunan.
Di beberapa wilayah kabupaten dan kota yang kecil, banyak jalan-jalan kecil namun di samping kiri-kananya telah dipadati bangunan tinggi.
Persoalan timbul ketika jumlah penduduk yang tinggal semakin banyak serta arus lalu lintas semakin padat.
Ketika pemerintah daerah ingin melebarkan jalan tersebut, kendala pun dihadapi karena di samping kanan-kirinya telah terbangun bangunan tinggi.
"Ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan perencanaannya? Sehingga perlu didesain agar tidak jadi stagnan seperti Jakarta," cetus Aguatinus.