JAKARTA, KOMPAS.com – Dosen arsitektur Universitas Islam Indonesia, Suparwoko, memaparkan konsep hunian vertikal berupa rumah susun (rusun) yang cocok untuk generasi milenial di Kota Yogyakarta.
Selain itu, konsep ini juga dia buat untuk memberikan solusi alternatif bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ingin memiliki tempat tinggal di tengah kota dengan harga terjangkau.
“Generasi milenial itu cenderung ingin tinggal di kota, begitu juga MBR. Konsep rusun ini cocok untuk mereka,” ucap Suparwoko dalam suatu diskusi tentang perumahan, di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Baca juga: Mengenal Risha Lebih Jauh
Dia menjelaskan, rusun ini terdiri dari dua gedung yang dibangun di atas lahan seluas 3.000 sampai 5.000 meter persegi. Masing-masing gedung terdiri dari delapan lantai dan berisi 300 sampai 500 unit .
Di lantai 1 dan 5 menjadi tempat kegiatan bersama, misalnya untuk berkumpul antar-penghuni, kios, balai warga, dan aktivitas sosial lain.
Adapun unit rusun sebagai tempat tinggal berada di lantai 2, 3, dan 4 untuk MBR, anak muda, atau penghuni yang sudah membeli terlebih dahulu, sedangkan lantai 6, 7, dan 8 untuk penghuni yang membeli belakangan.
“Masyarakat yang sudah eksis tinggal di lantai 2, 3, dan 4, kalau di lantai 6, 7, dan 8 untuk penghuni baru,” ujar Suparwoko.
Baca juga: Milenial, Generasi Seksi yang Makin Diperebutkan
Unit rusun itu nantinya bertipe 21 dan 36. Sesuai tujuannya, generasi milenial biasanya masih belum berkeluarga, jadi masih tinggal sendiri.
Sedangkan untuk MBR yang sudah menikah, diutamakan yang anggota keluarganya terdiri dari tiga atau empat orang.
Semakin kecil tipe unitnya, maka semakin banyak unit yang bisa dibuat dalam rusun itu sehingga semakin banyak pula masyarakat yang bisa menempatinya.
Mengenai lokasi, tentunya rusun itu harus berada di tengah kota yang terintegrasi dengan transportasi umum serta dekat dengan pusat kegiatan perekonomian dan berbagai fasilitas penunjang kebutuhan hidup.
Dengan demikian, konsep rusun ini sesuai dengan program pemerintah mengenai hunian yang terintegrasi dengan transportasi massal.
“Murah dan dekat dengan fasilitas umum. Kita usahakan dekat dengan bus transjogja. Ini juga peluang besar untuk menata kota, berbasis transportasi umum, dan dengan udara yang bersih,” jelas Suparwoko.
Dia menambahkan, konsep rusun ini perlu dibahas lebih lanjut oleh pemerintah dan swasta karena melibatkan berbagai aspek kehidupan, antara lain ekonomi, sosial, kebersihan kota, dan transportasi umum.
Dia pun optimistis konsep ini bisa diterapkan karena cukup realistis. Selain itu, ini menjadi bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan hunian yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi semua kelompok umur dan kelas sosial masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.