Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Tampilan Risha yang Dikritik Fahri Hamzah

Kompas.com - 11/09/2018, 12:34 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritik pemerintah yang merehabilitasi Lombok dengan membangun rumah instan sederhana sehat (Risha).

Menurut dia, saat ini ada anggapan, bahwa anggaran yang disalurkan pemerintah untuk membangun Risha ditahan sementara waktu, karena ada informasi terkait hadirnya pemasok (supplier) dan kontraktor.

"Padahal keinginan kuat di lapangan, masyarakat ingin membangun rumah sendiri dengan puing-puing yang ada," kata Fahri saat rapat konsultasi tindak lanjut penanganan gempa bumi NTB di Kompleks Parlemen, Senin (10/9/2018).

Baca juga: Fahri Hamzah Kritik Pemerintah Soal Risha di Lombok

Kenyataannya, pemerintah sudah mulai membangun kembali rumah-rumah rusak milik warga secara bertahap.

Data yang dirilis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan, 31.991 unit rumah terverifikasi rusak berat.

Dari jumlah tersebut, 20.546 unit di antaranya terdapat di Pulau Lombok dan sudah ditetapkan melalui SK bupati.

Sementara, 2.477 unit di Pulau Sumbawa dan masih dalam proses pendataan serta pembuatan SK bupati.

Pembangunan mushola Polsek Pemenang di Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Pembangunan mushola ini menggunakan teknologi Risha.Kementerian PUPR Pembangunan mushola Polsek Pemenang di Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Pembangunan mushola ini menggunakan teknologi Risha.
"Untuk pembangunan rumah dengan teknologi Risha ini konsepnya swakelola dengan rekompak. Sehingga masyarakat tidak hanya menonton, tapi gotong royong mengerjakan rumahnya sendiri," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Saat ini, penerapan teknologi Risha di 19 lokasi sudah selesai. Selain difungsikan sebagai rumah, juga ada yang digunakan sebagai kantor polsek dan mushola.

Baca juga: Dikritik Fahri, Ini Jawaban Menteri Basuki Soal Risha

Sebelumnya, Kementerian PUPR juga telah merehabilitasi rumah rusak akibat gempa dengan konsep Risha di Desa Karang Bajo dan Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Bangunan yang telah berdiri sejak 10 tahun terakhir itu tetap berdiri kokoh meski diguncang gempa bermagnitudo 7 yang lalu.

Guna mempercepat rehabilitasi rumah-rumah rusak, Basuki mengatakan, Kementerian PUPR menggandeng Kamar Dagang Indonesia (Kadin) NTB untuk membuka delapan depo material konstruksi di lima kecamata yakni Pemenang, Tanjung, Kayangan, Bayan dan Gangga.

Depo tersebut menyediakan material konstruksi seperti semen, pasir, rangka baja, dan pipa paralon dalam jumlah cukup dan harga terjangkau.

Rumah tahan gempa yang dibangun dengan teknologi Risha di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Rumah yang telah dibangun sejak 10 tahun yang lalu ini tetap berdiri kokoh saat gempa bermagnitudo 7 mengguncang wilayah tersebut beberapa waktu lalu.Kementerian PUPR Rumah tahan gempa yang dibangun dengan teknologi Risha di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Rumah yang telah dibangun sejak 10 tahun yang lalu ini tetap berdiri kokoh saat gempa bermagnitudo 7 mengguncang wilayah tersebut beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, pemerintah berencana mengalokasikan anggaran sebesar Rp 50 juta/kepala keluarga yang rumahnya rusak berat.

Anggaran tersebut akan disalurkan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke rekening masyarakat untuk kemudian dibelanjakan material yang mendukung konstruksi Risha.

"Jadi yang dengan Risha itu hanya strukturnya, dindingnya bisa dari kayu, bisa dari batu bata yang ditentukan sendiri oleh masyarakat," imbuh Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com