KOMPAS.com - Zaman Hindu-Buddha brperan penting dalam perkembangan budaya di wilayah Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Selain sebagai bangunan monumen, candi juga merupakan peninggalan kebudayaan dan teknologi mahir pada masa lampau.
Bangunan candi-candi di Jawa pada umumnya merupakan struktur batu bersusun yang memiliki ruang lantai terbatas.
Kesan kokoh terpancar dari struktur batu yang dibangun bersusun. Maka untuk menghilangkan kesan tersebut, dibuatlah relief-relief yang diukir di dinding candi.
Struktur batu bersusun tersebut kemudian memengaruhi bentuk-bentuk bangunan yang lain. Desain candi pun mulai berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip desain arsitektur pada masa itu.
Awalnya bangunan suci atau candi dalam masyarakat Jawa kuno tidak didirikan dalam bentuk lengkap dengan dinding dan kubah.
Bangunan candi masih bersifat terbuka, dengan arca utama yang masih bisa terlihat dari luar. Seperti dikutip dari Harian Kompas, 28 Mei 2005.
Candi pada waktu itu hanyalah bangunan dasar berupa altar, yang pada permukaannya diletakkan benda-benda sakral seperti lingga, yoni, dan arca.
Pengelompokan
Umumnya, candi Jawa dikelompokkan menjadi dua, yakni candi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Candi-candi di Jawa Tengah oleh para arkeolog sering dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Utara dan Selatan.
Pada candi kelompok Utara, hampir semua candi berukuran kecil dan memiliki corak agama Hindu. Candi ini memiliki bentuk bangunan yang sederhana, dan nyaris tanpa hiasan.
Selain itu, candi Hindu di wilayah Utara dibangun secara berkelompok, berdidi sendiri, serta tidak beraturan tempatnya.
Sedangkan candi yang ada di Selatan, sebagian besar mendapat pengaruh agama Buddha, dengan bentuk bangunan yang sarat akan hiasan.
Candi di wilayah ini dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yakni candi induk yang berada di tengah dan dikelilingi oleh barisan candi perwira.