Kazan Arena, Saksi Bisu Kekalahan Jerman di Piala Dunia 2018

KOMPAS.com - Kazan Arena merupakan markas dari Rubin Kazan, klub sepak bola Liga Utama Rusia.

Stadion ini dibangun pada bulan Juli 2010 dan mulai digunakan pada 2013 sebagai tuan rumah upacara pembukaan dan penutupan dari Summer Universiade 2013 (World University Games).

Pada Piala Dunia 2018, ada enam pertandingan yang digelar di stadion ini, terdiri dari empat pertandingan babak penyisihan, satu perdelapan final, dan satu perempat final.

Baca juga: Menerka Nasib Stadion-stadion Megah Usai Piala Dunia 2018

Satu di antara yang membetot perhatian mata dunia adalah ketika Tim Korea Selatan menjungkalkan favorit Jerman dengan skor 2:0.

Desain stadion berkapasitas 45.000 kursi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk lokasinya yang merupakan pertemuan dua sungai.

Selain itu, pemerintah kota berkeinginan agar pembangunan stadion itu sebagai katalis untuk penghijauan area di sekitarnya.

Keberadaaannya sebagai warisan penting juga menjadi pertimbangan karena arena sepak bola tersebut bisa dilihat dari Kazan Kremlin kuno, Situs Warisan Dunia.

Rancangan stadion itu juga dipengaruhi oleh lokasinya yang berdekatan dengan air dan sungai yang terkenal di kota Kazan.

Bentuk bangunannya menyerupai tanaman berbunga yang terbawa air dan mengambang di sungai dari pedalaman yang luas dan subur dan berada di padang rumput.

Stadiumdb.com Kazan Arena di Rusia.

Di bagian pinggir atap luarnya agak naik dan terbentang lebih dari 120 meter. Atap itu dirancang untuk menahan hujan salju lebat, peristiwa yang diketahui sering terjadi di Kazan.

Kazan Arena memiliki fasad yang dilapisi layar raksasa dan menjadi salah satu yang terbesar di Eropa.

Baca juga: Samara Arena, Stadion Bernuansa Luar Angkasa

Luasnya mencapai 4.000 meter persegi, sekitar 2.000 meter persegi di antaranya berkualitas HD. Pertandingan sepak bola yang diselenggarakan di dalam stadion akan ditayangkan di layar tersebut.

Kazan Arena dirancang oleh Populous, perusahaan desain arsitektur berskala internasional, yang ditunjuk pada tahun 2009.

Damon Lavelle selaku pemimpin Populous mengatakan, timnya terinspirasi dari energi dan dorongan rakyat Kazan yang menuntut adanya fasilitas kelas dunia di kota tersebut.