JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pemerintah mengenak integrasi tarif tol JORR menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat dan pelaku usaha.
Respons yang muncul di antaranya dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai salah satu badan usaha jalan tol (BUJT).
Integrasi tarif dianggap sebagai efisiensi karena kendaraan yang tadinya harus melewati beberapa gerbang tol nantinya cukup melewati satu gerbang tol saja.
Baca juga: Pengusaha Truk: Integrasi Tarif Tol JORR Pangkas Biaya dan Kemacetan
"Secara keseluruhan, integrasi untuk efisiensi, itu kata kuncinya," ujar AVP Corporate Communications PT Jasa Marga (Persero) Tbk Dwimawan Heru kepada Kompas.com, Kamis (28/6/2018).
Dia mencontohkan kendaraan dari Bandara Soekarno-Hatta ke arah Jakarta harus melewati tiga gerbang tol, yaitu di Kamal, Kayu Besar, dan Meruya.
Nantinya setelah integrasi, kendaraan cukup melewati satu gerbang tol di Kamal.
"Misalnya dari bandara, lewat Kamal, Kayu Besar, dan Meruya. Nanti cukup satu kali di Kamal," kata Heru.
Dia menambahkan, gerbang tol itu dibangun oleh BUJT atau pengelola tol yang berbeda sehingga tarifnya juga beda dan tidak efisien. Nantinya sejumlah gerbang tol akan dibongkar.
"Dulu dibangun sepotong-sepotong, setiap ketemu BUJT berhenti karena barrier, enggak efisien," imbuhnya.
Menurut Heru, selama ini banyak orang yang bicara bahwa integrasi tarif itu mengakibatkan kenaikan biaya, misalnya dari Rp 9.500 ke Rp 15.000.
Hal itu juga bisa dinilai sebagai penerapan sistem yang lebih terbuka dengan mengurangi batas antar-gerbang tol.
"Itu bisa dijawab bahwa ini dalam rangka penerapan dari closed menjadi open, menghilangkan barrier gate," tambahnya.
Untuk diketahui, rata-rata jarak perjalanan di jalan tol adalah 17,6 kilometer.
Menurut Heru, dengan integrasi ini, pengguna jalan tol yang menempuh jarak di bawah angka tersebut menyubsidi pengguna yang jaraknya di atas angka itu.
"Yang jalan di bawah itu menyubsidi yang di atas itu. Jalan tol untuk jarak jauh, kecepatan tinggi. Nanti masyarakat akan menilai sendiri," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.