JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTI) ikut mendukung pelaksanaan integrasi tarif tol JORR.
Ketua Umum APTI Gemilang Tarigan menyambut positif kebijakan tersebut karena tarifnya lebih murah dan bisa mengurangi kemacetan.
"Kami sangat positif, ini dulu usul kami. Jadi tarif harusnya bulat, jangan dipotong-potong karena jadi lebih mahal," kata Gemilang Tarigan saat diwawancara Kompas.com, di Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Baca juga: Catat, Tarif Baru Tol JORR Berlaku Awal Juli
Dengan adanya integrasi tarif, diharapkan biayanya jadi satu dan lebih murah. Sebelum integrasi tarif, untuk bisa sampai ke ujung tol JORR, pengguna harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp 90.000. Setelah integrasi ini nantinya menjadi Rp 30.000.
Menurut Gemilang, pengurangan biaya juga dialami oleh pengguna tol jarak jauh.
"Saya kira angkutan pribadi jarak jauh juga, tadinya total Rp 34.000, sekarang jadi Rp 15.000," tambahnya.
Sebaliknya dengan para pengguna tol yang menempuh jarak pendek karena akan ada peningkatan biaya.
Baca juga: Industri Logistik Dukung Integrasi Tol JORR
Gemilang menyarankan agar mereka lebih baik tidak usah masuk jalan tol dan sebaiknya menggunakan jalan arteri.
"Sekarang kalau tarifnya Rp 45.000, enggak ada yang mau masuk. Karena JORR itu ada akses ke JICT dan Koja, kalau tarifnya segitu, truk jadi keluar, akhirnya jalan arteri macetnya luar biasa," imbuhnya.
Tol JORR merupakan infrastruktur strategis bagi Indonesia. Sebab, 70 persen kendaraan angkutan membawa logistik dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk ekspor impor.
Dia menambahkan, tol JORR juga menghubungkan ke kawasan industri di Jawa Barat. Dengan demikian, lalu lintasnya harus diatur supaya tertib dan lancar.
Baca juga: Dukung Integrasi, ALFI Minta Jalur Arteri JORR Juga Diperbaiki
"70 persen kawasan industri ada di Jawa Barat, jalan tol JORR ini menghubungkan ke sana. Jadi harus dijaga terus supaya lancar," tuturnya.
Gemilang berharap integrasi tarif diberlakukan secepatnya untuk mengurangi kemacetan di jalan arteri.
"Penerapan sesegera mungkin karena bahaya kalau tidak diterapkan. Saat arteri macet, penduduk di sekitarnya juga terganggu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.