Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sewindu Terpuruk, Akhirnya Singapura Catat Kenaikan Harga Rumah

Kompas.com - 11/05/2018, 18:00 WIB
Arimbi Ramadhiani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Harga rumah pribadi Singapura melonjak paling tinggi sejak 2010 karena pasar properti tengah melancarkan pemulihan dari kemerosotan empat tahun.

Sebuah indeks menunjukkan harga rumah pribadi mengalami pertumbuhan 3,1 persen dalam tiga bulan yang berakhir 31 Maret.

Menurut perkiraan Urban Redevelopment Authority, pertumbuhan ini praktis memberi keuntungan 0,8 persen pada kuartal sebelumnya.

Baca juga: Seksi, Alasan Investor Singapura Jauh-jauh Ekspansi ke Bekasi

Angka ini adalah laba kuartal ke kuartal terbesar sejak tiga bulan yang berakhir Juni 2010 atau sewindu lalu.

Harga rumah telah pulih dalam tiga kuartal terakhir, mendorong tawaran lahan agresif dari pengembang.

Pasalnya, pasar properti mengabaikan langkah-langkah pendinginan mulai dari pajak tambahan hingga batas pinjaman.

Pemerintah pada Februari lalu menaikkan pajak pembelian rumah melebihi 1 juta dollar Singapura (Rp 10,53 miliar) karena pasar mulai bergairah.

"Tidak ada penolakan saat kami memasuki pasar yang meningkat karena harga tanah yang lebih tinggi," kata kepala penelitian untuk Singapura dan Asia Tenggara di CBRE, Desmond Sim.

Patung Merlion di SingapuraShutterstock Patung Merlion di Singapura
Sim bahkan memperkirakan kenaikan harga rumah berkisar 5 persen hingga 6 persen selama 2018.

Wilayah pusat yang paling tinggi mengalami kenaikan harga adalah pusat bisnis dengan angka 5 persen.

Hal tersebut juga didorong oleh beberapa pengembangan seperti Martin Modern milik Martin Martin.

Dengan 90 persen dari properti hunian baru dijual pada 2017 di bawah 2 juta dollar Singapura (Rp 21 miliar), artinya pembeli dapat memilih unit yang lebih kecil untuk mempertahankan anggaran mereka saat harga rumah naik.

Menurut Sim, jika sebagian besar transaksi bergerak hingga 2,5 juta dollar Singapura (Rp 26,33 miliar), permintaan bisa berkurang.

Pembeli asing dari China Daratan, Hongkong, Korea dan Taiwan menyumbang sebagian besar permintaan di kawasan pusat inti, menurut konsultan real estat Edmund Tie & Co.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com