Sebuah indeks menunjukkan harga rumah pribadi mengalami pertumbuhan 3,1 persen dalam tiga bulan yang berakhir 31 Maret.
Menurut perkiraan Urban Redevelopment Authority, pertumbuhan ini praktis memberi keuntungan 0,8 persen pada kuartal sebelumnya.
Angka ini adalah laba kuartal ke kuartal terbesar sejak tiga bulan yang berakhir Juni 2010 atau sewindu lalu.
Harga rumah telah pulih dalam tiga kuartal terakhir, mendorong tawaran lahan agresif dari pengembang.
Pasalnya, pasar properti mengabaikan langkah-langkah pendinginan mulai dari pajak tambahan hingga batas pinjaman.
Pemerintah pada Februari lalu menaikkan pajak pembelian rumah melebihi 1 juta dollar Singapura (Rp 10,53 miliar) karena pasar mulai bergairah.
"Tidak ada penolakan saat kami memasuki pasar yang meningkat karena harga tanah yang lebih tinggi," kata kepala penelitian untuk Singapura dan Asia Tenggara di CBRE, Desmond Sim.
Wilayah pusat yang paling tinggi mengalami kenaikan harga adalah pusat bisnis dengan angka 5 persen.
Hal tersebut juga didorong oleh beberapa pengembangan seperti Martin Modern milik Martin Martin.
Dengan 90 persen dari properti hunian baru dijual pada 2017 di bawah 2 juta dollar Singapura (Rp 21 miliar), artinya pembeli dapat memilih unit yang lebih kecil untuk mempertahankan anggaran mereka saat harga rumah naik.
Menurut Sim, jika sebagian besar transaksi bergerak hingga 2,5 juta dollar Singapura (Rp 26,33 miliar), permintaan bisa berkurang.
Pembeli asing dari China Daratan, Hongkong, Korea dan Taiwan menyumbang sebagian besar permintaan di kawasan pusat inti, menurut konsultan real estat Edmund Tie & Co.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/11/180000321/sewindu-terpuruk-akhirnya-singapura-catat-kenaikan-harga-rumah