Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Karya Arsitektur Indonesia akan Ditampilkan di Venesia

Kompas.com - 14/12/2017, 23:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Berjudul 'Sunyata: The Poetics of Emptiness', karya kurator Indonesia akan ditampilkan pada La Biennale Architettura di Venesia, 26 Mei-25 November 2018 mendatang.

Karya ini akan dibawakan kurator melalui seleksi yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sejak September 2017.

Baca juga : 6 Kurator Muda Wakili Indonesia di La Biennale Architettura Venesia

Kurator yang terpilih adalah Ary Indra, David Hutama, Dimas Satria, Jonathan Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adika.

"Beberapa hasil dokumentasi ini (menampilkan) sekitar 17 bangunan dari Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Klaten, Medan, dan Aceh," ujar Ary di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Selain itu, Ary mengatakan, timnya juga akan mengeksplorasi Kalimantan dan Sulawesi, pada Januari mendatang.

Hal tersebut dilakukan untuk mencari preseden yang selama ini diakui Ary telah membuka banyak hal baru.

Jika ditanya soal apa dan bagaimana ujung dari hasil risetnya untuk karya yang akan dipamerkan di Venesia, ia akan menjawab kemungkinan apapun masih sangat terbuka.

"Saat kita dokumentasi, kita bisa menampilkan arsitektur dalam bentuk yang dilupakan, bahwa arsitektur Indonesia itu adalah tentang porosity, enclosure, dan spiritualitas," jelas Ary.

Media kertas

Tim kurator Paviliun Indonesia akan menampilkan lndonesia dalam nafas yang lebih kontemporer di luar bentuk dan ornamen tradisional yang selama ini dikenal oleh dunia.

Menggunakan kertas sebagai material utama, Pavuliun Indonesia merupakan abstraksi dari konsep kekosongan yang memiliki beragam wujud dan rupa di arsitektur Indonesia.

Baca juga : Kurator Manfaatkan Kertas Bangun Paviliun Indonesia di Venesia

"Nantinya di kertas ini, waktu berjalan seolah melambat garis-garis akan mengabur, sudut ruang mengilang, skala manusia dimainkan, manusia akan sadar akan ruang-ruang kosong yang ada di sekitarnya, yang selama ini sering terlupakan," tutur Ary.

Berkeinginan untuk memberi wacana baru pada perbincangan arsitektur yang biasanya didominasi oleh aspek visual, paviliun ini hendak membebaskan tirani bentuk dan rupa bagi manusia yang mengalaminya.

Seperti sebuah wadah kosong, manusia akan menjadi pemeran utama di dalamnya. Perangkat yang biasa digunakan oleh manusia untuk memaknai ruang ditiadakan.

Sebagai ganti tubuh dan panca indera menjadi perangkat utama dalam mengubah, menggubah, dan menguasai ruang.

Konsep kekosongan sering dijumpai pada arsitektur Indonesia misalnya gubahan Taman sari di Yogyakarta atau tatanan rumah Jawa dengan Joglo yang menjadi "pusat" bagi sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau