KompasProperti – Singapura dikenal dengan keandalan transportasi massalnya. Setelah 30 tahun mengoperasikan mass rapid transit (MRT), negeri bekas jajahan Inggris itu siap meresmikan jalur baru pada 2019.
Jalur yang dijadwalkan beroperasi itu adalah Thomson-East Coast (TEL) tahap pertama.
Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) mengatakan pada Jumat (10/11/2017), pekerjaan struktural di tiga stasiun pertama jalur itu yakni Woodlands North, Woodlands, dan Woodlands South bakal selesai akhir 2017.
Terowongan yang menghubungkan ketiga stasiun telah selesai dibangun dan saat ini telah dimulai pemasangan rel di lokasi tersebut.
Sementara itu, karya arsitektur, pekerjaan mekanik, dan instalasi listrik di stasiun-stasiun dimulai awal 2018 setelah pekerjaan struktural selesai.
Baca juga: 5 Tahun Diterjang Bising dan Debu, Akhirnya MRT Jadi Juga
Mengutip Straits Times, pekerjaan konstruksi untuk tahap kedua juga telah berlangsung dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2020.
Adapun pekerjaan struktural untuk enam stasiun tahap kedua itu berlangsung di Springleaf, Lentor, Mayflower, Bright Hill, Upper Thomson, dan Caldecott.
Jalur itu melintasi Woodlands di utara Singapura hingga Sungai Bedok. Jalur TEL ini juga krusial karena menghubungkan MRT Singapura- Johor Baru Malaysia yang diharapkan beroperasi mulai 2024.
Pada September lalu, operator transportasi SMRT memenangkan kontrak untuk mengoperasikan TEL selama sembilan tahun.
Terus menjalar
Jalur TEL merupakan jalur keenam MRT Singapura. Sebelumnya, Singapura telah mengoperasikan North South Line, East West Line, Circle Line, North East Line, dan Downtown line.
Teranyar, pada 21 Oktober lalu, tahap ketiga Downtown Line resmi beroperasi penuh. Tahap ketiga itu melengkapi 18 stasiun yang telah beroperasi dalam dua fase sejak 2013.
Rutenya melintasi sejumlah wilayah yang selama ini belum terlayani MRT, seperti Geylang Bahru, Kaki Bukit, dan Bedok Reservoir.
Menjalarnya MRT hingga menjangkau seluruh pelosok berpengaruh positif terhadap jumlah pengguna angkutan massal di negara Merlion itu.
Baca juga: Berkaca pada Singapura, "Ular Besi" Terus Menjalar Hingga Permukiman
Survei juga menunjukkan, proporsi pengguna angkutan massal meningkat dari waktu ke waktu. Satu dekade silam, pengguna angkutan massal Singapura masih berada di angka 50,7 persen. Lantas, saat ini angkanya telah menyentuh 58,7 persen.
Itu selaras dengan makin merosotnya warga yang memilih naik kendaraan pribadi untuk bermobilitas. Jika pada 2010 pengguna kendaraan pribadi masih sebesar 24,8 persen maka pada 2016 komposisinya telah berada di angka 21,9 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.