KUPANG, KompasProperti - Bonus demografi Indonesia serta tingkat suku bunga acuan yang masih rendah membuat sektor properti dianggap kian menarik.
Di Indonesia juga masih ada 11,38 juta kepala keluarga yang belum memiliki rumah (backlog kepemilikan) dan 6,09 juta kepala keluarga yang tinggal menumpang (backlog keterhunian).
Secara nasional, sektor properti pun masih memiliki ruang yang besar untuk digarap karena kontribusi bidang tersebut yang baru berkisar 2,5 persen hingga 2,8 persen terhadap PDB nasional.
Sejalan dengan pertumbuhan bisnis properti di NTT, Kantor Cabang Bank BTN di Kupang pun mencatatkan kenaikan positif kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kontruksi.
"Per September 2017, KPR Bank BTN di Kupang tercatat naik 45,31 persen yoy (year on year/tahunan) menjadi Rp 53,06 miliar dari Rp 29,02 miliar pada September 2016," ujar Kepala Ekonom Bank BTN Winang Budoyo melalui keterangan tertulis yang diterima KompasProperti, Rabu (25/10/2017).
Kredit konstruksi Bank BTN di Kupang pun naik 60,49 persen secara tahunan dari Rp 65,02 miliar pada kuartal III/2016.
Sedangkan secara nasional, per September 2017, Bank BTN mencatat pertumbuhan KPR sebesar 21,16 persen yoy dari Rp 110,85 triliun persen September 2016 menjadi Rp 134,31 triliun.
Kredit konstruksi juga mengalami kenaikan 17,87 persen yoy dari Rp 20,56 triliun pada kuartal III/2017 menjadi Rp 24,23 triliun persen periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Winang, momentum pertumbuhan di sektor real estat ini menjadi potensi untuk bisnis perumahan, terutama di NTT.
"Pengembangan sektor properti pun sejalan dengan Program Satu Juta Rumah sehingga pemerintah memberikan berbagai bantuan subsidi pembiayaan agar masyarakat mudah memiliki rumah,” jelas Winang.
Sementara itu, berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) mencatatkan kenaikan yang lebih tinggi di banding kawasan lainnya.
Per kuartal II/2017, lanjut Winang, ekonomi KTI tercatat tumbuh 3,14 persen atau naik 65 basis poin (bps) secara triwulanan dari 2,49 persen pada kuartal sebelumnya.
Di Jawa, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2016 diketahui turun 27 bps qoq.
Begitu pula di Kalimantan dan Sulawesi yang mengalami penurunan masing-masing 50 bps per kuartal dan 35 bps per kuartal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.