Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel-hotel Mewah yang Pernah Disinggahi Mata Hari

Kompas.com - 18/10/2017, 10:09 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Sumber SCMP

Sampai saat ini, bangunan ini masih ada. Hanya berubah merek menjadi InterContinental Le Grand Hotel, namun tetap mempertahankan tampilan klasiknya.

Hotel ini menawarkan ballroom berkilauan sehingga tak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana Mata Hari melenggang di tengah para pengagumnya yang kaya raya.

Setelah renovasi baru-baru ini, Pera Palace Jumeirah telah kembali menjadi hotel bintang lima papan atas. Dibungkus dengan marmer, warna merah yang mewah, serta dekadensi oriental yang kental, membuat Pera Palace tak akan mengecewakan Mata Hari saat ia kembali pentas melewati pintu putarnya.

Ia dapat menggunakan kandang besi, serta 198 furnitur dan lampu gantung kaca Murano yang sama untuk menerangi sensualitasnya.

Pada Agustus 1914, Mata Hari berada di Berlin untuk melakukan pementasan selama enam minggu di Teater Metropol. Menurut penulis biografinya, Julie Wheelwright, ia tinggal Haus Cumberland, yang kini telah berubah menjadi kawasan hunian papan atas.

Sebelum pertunjukkannya dibatalkan secara tiba-tiba akibat perang dimulai, Mata Hari sempat makan malam di Hotel Adlon dengan kepala kepolisian setempat yang juga tergila-gila dengannya, Traugott von Jagow.

Hotel Adlon Kempinski di Berlin, Jerman.South China Morning Post Hotel Adlon Kempinski di Berlin, Jerman.

Hotel tersebut merupakan hotel paling bergengsi di Berlin. Dibuka pada tahun 1907 oleh Kaiser Wilhelm, Adlon berada di Pariserplatz, di samping Brandenburg Gate.

Sempat dihancurkan sekutu dan artileri Soviet pada tahun 1945, bangunan tersebut kemudian dibangun kembali pada 1997 menjadi Hotel Adlon Kempinski, yang tetap mempertahankan gaya klasiknya namun dengan sentuhan milenial.

Mata Hari kemudian kembali ke rumah kastilnya yang berada di Den Haag. Rumah tersebut merupakan hadiah seorang aristokrat kepadanya. Namun, setelah beberapa bulan menghabiskan waktu di sana, ia merasa gelisah. Sebagai seorang warga negara yang netral, dia bisa melintasi wilayah perbatassan dengan bebas. Dan, dia memilih kembali ke Paris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com