Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel-hotel Mewah yang Pernah Disinggahi Mata Hari

Kompas.com - 18/10/2017, 10:09 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Sumber SCMP


KompasProperti - Saat perang dunia berkecamuk di wilayah lain di Eropa, Margaretha Geertruida Zelle berjalan dari rumahnya, yang berada di sebelah kanal Smidswater di sepanjang gang sempit Jagerstraat dan menuju Lange Voorhout, Den Haag, Belanda.

Di sana, wanita yang lebih dikenal sebagai Mata Hari itu, akan menghadiri perserikatan diplomatik Den Haag, di mana keberadaannya masih ada sampai saat ini, yaitu Hotel Des Indes.

Dengan mengenakan jaket dan tudung panjang, ia mendatangi hotel megah ini untuk menjalankan tugas bersama atasan yang berada di kursi pemerintahan Belanda. Seiring bertambahnya usia, Mata Hari mulai mengandalkan bantuan dari orang-orang kuat di sekitarnya, untuk tugas mata-mata.

Dengan kepribadiannya yang menggoda nan eksotis, selama satu dekade Mata Hari berkeliling Eropa, dari satu hotel ke hotel lain, dalam penugasannya sebagai seorang mata-mata.

15 Oktober lalu, tepat menjadi hari kenangan atas meninggalnya Mata Hari setelah ditembak oleh sebuah regu penembak dari Perancis.

Diambil dalam Bahasa Prancis, yang menjadi salah bahasa diplomatik, Hotel Des Indes diterjemahkan sebagai 'Hotel Hindia Timur", atau lebih dikenal sebagai Indonesia, saat ini.

Negara yang diapit dua samudera dan dua benua itu merupakan permata bagi Kerajaan Belanda.

Hotel ini hanya berjarak sepelemparan batu dari kantor parlemen dan istana Kerajaan Noordeinde, serta sering digunakan untuk acara kenegaraan seperti menyambut mahkota kerajaan, presiden dan perdana menteri sejak 1881.

Pada tahun 1990, kegiatan perserikatan diplomatik masih berlangsung di sana. Hotel Des Indes, yang awalnya merupkan kediaman milik seorang bangsawan, menjadi sebuah tempat yang sangat mengesankan.

Gerbang berbingkai kuningan yang diapit lambang kerajaan, lobi yang dilapisi marmer, perabotan beludru, serta tangga besar dengan pegangan tangga berpegas kuning berkilauan.

Melarikan diri dari daerah asalnya di Friensland utara, Gretha, demikian ia dikenal, menikahi seorang perwira kolonial pada usia 18 tahun dan pindah ke wilayah timur, ke Jawa dan kemudian Sumatera. Namun, pernikahannya gagal, dan pasangan itu kembali ke Belanda.

Pada awal 1990-an, Paris merupakan ibu kota hiburan yang berkilau di dunia. 'Gay Paree' menjadi pusat kota yang penuh kabaret, aula musik, teater dan bordil.

Dengan memanfaatkan tubuhnya, Zelle kemudian menjadi model dan melakukan sejumlah pekerjaan dengan menggunakan trik. Namun, ia memiliki ambisi untuk menjadi terkenal.

Pertunjukkan gala di museum tersebut pada 13 Maret 1905, menjadi sebuah kemenangan besar dan diberitakan secara luas oleh media-media di Paris.

The Eye of the Day, yang secara harafiah diterjemahkan sebagai "mata hari", merupakan istilah dalam bahasa Indonesia untuk matahari. Mata Hari mulai menerangi malam di kota paling menarik di Eropa.

Melakukan tarian adat Jawa, terbungkus dalam tudung diaphan, hingga hanyut dalam tarian striptis yang mampu membuat setiap jantung penonton berdebar-debar.

Seiring namanya yang terus membesar, Mata Hari mulai memiliki banyak penggemar, mulai dari pemodal Baron Henri de Rothschild, komposer asal Italia Giacomo Puccini, perancang Erté, dan banyak orang-orang kaya lainnya.

Memang, dia lebih banyak menghasilkan uang sebagai seorang grande horizontale dari pada penari eksotik.

Paris pun seakan terhipnotis dengan mantra yang keluar dari makhluk misterius itu. Ketenaran Mata Hari pun menyebar ke seluruh Eropa.

Usai pementasan itu, Mata Hari kemudian memulai hidupnya di hotel-hotel mewah di kota-kota terkaya di Eropa.

Mulai dari Berlin ke Istanbul, Monte Carlo ke Milan, berkeliling untuk kehidupan erotisnya. Hal yang luar biasa adalah hampir semua hotel top ia tinggali, dan masih menjadi properti utama sampai saat ini.

InterContinental Le Grand Hotel di ParisSouth China Morning Post InterContinental Le Grand Hotel di Paris

Ia mulai merasakan kehidupan yang lebih baik di Grand Hotel Paris, sebuah properti raksasa yang berada di sebuah segitiga blok dari Boulevard des Capucines, yang menghadap ke Gedung Opera Garnier yang megah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau