Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa "Anchor Tenant" yang Bagus Mal Bakal Ditinggalkan

Kompas.com - 08/09/2017, 09:00 WIB

Jakarta, KompasProperti - Kesuksesan retail mal ditentukan oleh keberadaan anchor tenant di mal tersebut. Anchor tenant ini adalah penyewa ruang yang mempunyai potensi besar bisa menarik sebanyak mungkin pengunjung dengan skala besar.

"Kuncinya memang di situ. Sejauh ini hampir semua mal di Jakarta yang berhasil menggaet keramaian pengunjung itu rata–rata punya anchor tenant yang bagus dan menarik dengan sewa ruang cukup besar. Tanpa itu, pasti ditinggalkan," ujar konsultan pemasaran Ratdi Gunawan usai pembukaan perdana bioskop XXI di Grand Paragon Gajah Mada, Jumat (8/9/2017).

Selain gerai busana, toko buku dan mainan anak, serta supermarket, bioskop adalah penyewa ruang yang punya andil menarik pengunjung ke mal, terutama di tengah serbuan ritel asing besar di Jakarta. Ratdi mengatakan, kehadiran mereka sejauh ini juga dapat menarik beberapa tenant kecil untuk bergabung di retail mal tersebut.

"Keberadaan retail mal ditentukan juga oleh kondisi sekelilingnya, termasuk juga keberadaan pusat bisnis dan perkantoran di sekeliling mal tersebut," ucap Ratdi.

Grand Paragon, lanjut Ratdi, termasuk "beruntung" berada di lokasi premium, yaitu dekat kawasan pusat bisnis Gajah Mada dan Glodok Pinangsia, serta Asemka. Meski mengusung konsep mal kuliner dan hiburan, kawasan Gajah Mada adalah kawasan yang selalu ramai karena "hidup" selama 24 jam.

"Banyak orang luar kota menginap di hotel-hotel di kawasan ini. Ini kekuatannya. Tingkat okupansi hotel Grand Paragon saja rata-rata di atas 75 persen," ujarnya.  Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mematok kenaikan penjualan ritel tahun ini tumbuh sekitar 10 persen hingga 12 persen.

Sebelumnya di KompasProperti, Selasa (24/1/2017), Ketua Umum DPP Aprindo Roy N Mandey mengemukakan bahwa tahun ini penjualan ritel ditargetkan naik 12 persen. Angka tersebut sudah termasuk perhitungan proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, dan inflasi 3,3 persen.

"Memang targetnya agak moderat. Tapi ini bukan karena daya beli tergerus, melainkan kondisi gaya hidup (lifestyle) dan kebiasaan belanja konsumen yang berubah menuju sangat spesifik," papar Roy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau