KompasProperti - Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia bertambah 4,5 juta jiwa, sementara posisi Jakarta sebagai tujuan favorit kaum urban tak tergoyahkan. Jumlah penduduk Jakarta juga ikut meledak. Masih ada harapan bahwa Jakarta benar-benar akan menjadi kota yang manusiawi?
Catatan Kompas.com berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah penduduk di Jakarta terus terjadi sejak 2012 hingga 2016.
Pada 2012 jumlah penduduk di Jakarta tercatat sebanyak 9,7 juta penduduk. Setahun kemudian, jumlah itu meningkat menjadi 9,8 juta penduduk atau naik 2,32 persen dibanding tahun sebelumnya.
Tren kenaikan jumlah penduduk terus terjadi pada 2014. Di tahun ini jumlah penduduk Jakarta mencapai 10 juta penduduk atau naik 0,27 persen dibanding 2013. Baca: Tren Pertambahan Jumlah Penduduk Terus Terjadi di Jakarta.
Begitu juga pada 2015, terjadi kenaikan jumlah penduduk menjadi 10,1 juta atau naik 1,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada 2016, angka jumlah penduduk naik sebesar 1,1 persen atau menjadi 10,3 juta penduduk.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta Edison Sianturi mengatakan, anggapan untuk bisa mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih mudah menjadi salah satu pemicu mengapa banyak masyarakat daerah berbondong-bondong datang ke Ibu Kota.
"Jakarta Ibu Kota, pusat pemerintahan dan pusat berbagai kegiatan seperti perekonomian. Pasti mereka berharap mudah mendapat lapangan pekerjaan. Di mana ada gula di situ banyak semut," ujar Edison saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/6/2017).
Betapa mengerikannya membayangkan itu. Adalah kenyataan, bahwa ledakan penduduk Jakarta itu terus meningkat setiap tahun itu. Lalu, apa dampaknya bagi Jakarta sendiri?
Yang paling terlihat, selain kemacetan, adalah tingginya angka pengangguran, karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan. Persaingan hidup di Jakarta makin ketat untuk memperebutkan sumber nafkah yang legal. Baca: 11 Jenis Kejahatan yang Menonjol Selama 2016.
Hal itu bermuara pada tingginya angka kriminalitas. Banyak harta dan nyawa melayang akibat maraknya kejahatan jalanan dan yang terorganisasi. Suasana menakutkan ini masih juga ditambah dengan kenyataan bahwa Jakarta telah menjadi target utama terorisme internasional.
Sejak 2000, peristiwa menyedihkan akibat ulah teroris masih terus terjadi hingga peristiwa bom Kampung Melayu pada 25 Mei 2017. Bom bunuh diri itu menewaskan tiga anggota polisi dan dua pelaku peledakkan. Baca: Misteri Komplotan Teroris Kampung Melayu.
Tak kalah menegangkan adalah konflik antara penduduk lama versus pendatang baru di Jakarta. Konflik ini dipicu oleh ketidaknyamanan penduduk lama, karena para pendatang baru dianggap sebagai ancaman terhadap sumber nafkahnya.
Hal ini tentu saja tak lepas dari kenyataaan bahwa penduduk Jakarta makin ketakutan kehilangan mata pencarian atau mengalami penurunan penghasilan karena biaya hidup terus melesat tajam.