KompasProperti – Investasi berupa tabungan dan deposito masih menjadi prioritas banyak orang, meskipun kedua produk perbankan itu dibuat bukan untuk investasi jangka panjang. Belum lagi jika terkena pajak dan inflasi, nilai kedua produk itu pun bisa berkurang.
Ada beberapa pilihan investasi jangka panjang yang tersedia, misalnya reksadana, forex, saham, dan properti. Akan tetapi, orang akan cenderung berhati-hati mengalokasikan dananya karena jenis-jenis investasi itu memiliki risiko masing-masing.
Jadi, investasi apa yang paling aman dan menguntungkan?
Jenis investasi
Sudah umum diketahui, setiap investasi jangka panjang memiliki keuntungan dan risiko yang sama besarnya. Namun, saat ini banyak orang masih memilih properti untuk investasi jangka panjang dibandingkan jenis investasi lain. Karena ada bentuk fisiknya, sektor properti dianggap berisiko lebih kecil.
Sebagai contoh, Colliers International Indonesia pernah melakukan riset pada kuartal II-2015, hasilnya menunjukkan bahwa potensi keuntungan dari properti, khususnya
apartemen, yang dijual lagi meskipun pembangunan gedungnya belum selesai secara keseluruhan bisa mencapai 30 persen hingga 50 persen.
Sementara itu, apartemen yang dijual kembali dalam dua sampai tiga tahun setelah pembangunannya selesai bisa menyentuh angka 50 persen hingga 80 persen.
Untuk orang yang mempunyai apartemen, keuntungan investasi bukan hanya didapat dari penjualan, melainkan juga dari penyewaan. Nah, keuntungan seperti ini belum tentu bisa diperoleh dari jenis investasi lain.
www.shutterstock.com Apartemen yang dijual kembali dalam dua sampai tiga tahun setelah pembangunannya selesai bisa menyentuh angka 50 persen hingga 80 persen.
Properti dan deposito
Kemudian, apa untung ruginya investasi di sektor properti jika dibandingkan dengan penempatan dana di deposito?
Sebagai gambaran, Corporate Secretary PT Integrated Marketing Services (IMS) Group Muljadi Suhardi membuat simulasi perbandingan kedua investasi itu yang masing-masing bernilai Rp 400 juta.
"Jika deposito Rp 400 juta ditambah bunga per tahun 8 persen atau Rp 32 juta, total yang didapat dalam setahun adalah Rp 432 juta,” ujar Muljadi, seperti dikutip Kompas.com pada Selasa (3/3/2015) lalu.
Dia menambahkan, dalam 15 tahun akan diperoleh sekitar Rp 480 juta. Itu pun dengan catatan deposito tidak dihitung biaya administrasi dan pajak. Belum lagi jika suku bunga deposito yang biasanya turun.
Sementara untuk berinvestasi di apartemen, kata Muljadi, selalu ada perhitungan kenaikan 20 persen untuk harga bahan bangunan dan tanah setiap tahunnya. Keuntungan lebih banyak bagi pemilik apartemen juga bisa diperoleh dari nilai sewa.
Umumnya nilai sewa bertambah sampai Rp 5 juta per tahun. Bila nilai sewa 40 persen dari nilai beli, maka selama 15 tahun pemiliknya bisa memperoleh total sekitar Rp 1,125 miliar dari penyewaan apartemen.
Akan tetapi, Muljadi menambahkan, serah terima apartemen biasanya butuh waktu 24 bulan. Hal itu berarti apartemen tidak bisa disewakan pada masa pembangunan.
Maka dari itu, perhitungan potensi pendapatan dari sewa dikurangi sekitar Rp 85 juta. Ditambah lagi biaya untuk interior dan dekorasi, yang menurut perhitungan Muljadi lebih kurang Rp 50 juta.
Dalam enam bulan pertama pada tahun ketiga, Muljadi menuturkan, belum tentu juga ada orang yang langsung mau menyewa apartemen. Pada periode itu biasanya digunakan untuk melengkapi interior dan mencari penyewa yang pas.
Potensi pendapatan pun, lanjut dia, dikurangi lagi sekitar Rp 25 juta. Mengacu pada rentetan itu, ada penurunan potensi pendapatan Rp 160 juta dari penyewaan apartemen.
Ditambah lagi, ucap Muljadi, penggantian interior setiap lima tahun perlu alokasi dana. Tidak bisa dihindari bahwa harga bahan bangunan sudah naik dan ada saat yang membuat apartemen tak bisa disewakan karena harus direnovasi.
Menurut asumsi Muljadi, "kerugian" dari kedua hal itu sebesar Rp 137,5 juta. Saat masuk tahun ke-15, hal yang sama akan terjadi. Sebagai dampak dari kenaikan harga bangunan, Muljadi memperkirakan "kerugian" untuk renovasi dan waktu kosong penyewaan naik Rp 200 juta.
Melalui sederetan perhitungan tersebut, Muljadi memperkirakan total “kerugian” dari tahun pertama hingga tahun ke-15 untuk investasi di apartemen bisa menyentuh angka Rp 497,5 juta.
Namun, dengan potensi keuntungan Rp 1,125 miliar, pemilik apartemen masih bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp 627,5 juta.
Setelah mempertimbangkan sejumlah perhitungan di atas, sekarang saatnya Anda memilih apartemen sebagai pilihan investasi. Bagi Anda yang mencari apartemen di sekitar Jabodetabek, baik untuk ditempati maupun investasi, salah satu lokasi yang pantas dilirik adalah
Cikarang.
Saat ini salah satu rencana besar bagi Anda yang ingin mempunyai apartemen di Cikarang adalah
Meikarta. Sebagai kawasan kota baru yang akan tumbuh,
Meikarta bisa jadi alternatif investasi apartemen.