KompasProperti – Pertumbuhan ekonomi di suatu negara berjalan seiring dengan meningkatnya status ekonomi masyarakatnya. Hal itu terlihat dari pendapatan per kapita di suatu negara, termasuk Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pendapatan per kapita Indonesia tahun 2016 mencapai Rp 47,96 juta.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 4,88 persen tahun 2015 menjadi 5,02 persen pada 2016,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Kecuk Suhariyanto, Senin (6/2/2017).
Orang-orang yang sudah bekerja dan berpenghasilan, baik orang tua maupun anak muda, memakai uangnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun, jangan salah, tak jarang pula anak muda sekarang sudah memiliki penghasilan yang relatif besar jika dihitung dari pendapatan per kapita tadi.
Lalu dikemanakan uangnya? Sebagian dari penghasilan itu mereka gunakan untuk berinvestasi. Properti menjadi salah satu pilihan investasi yang selama ini diincar.
Seperti diberitakan KompasProperti (Jumat, 5/5/2017), ada dua jenis properti yang digunakan sebagai hunian, yaitu hunian vertikal, semacam apartemen, rumah susun, dan kondominium; serta hunian tradisional atau rumah tapak.
Dua jenis hunian itu merupakan pilihan investasi properti yang banyak menjadi sasaran, termasuk oleh anak muda.
Ada beberapa pertimbangan yang memengaruhi jenis hunian mana yang akan dipilih, misalnya lokasi, biaya, dan kapasitas hunian.
Kenapa harus begitu? Sebab, hunian itu akan ditempati untuk bertahun-tahun ke depan.
Nah, makanya Anda perlu mempertimbangkan sejumlah hal berikut ini sebelum membeli jenis hunian:
1. Hak milik
Kalau Anda membeli rumah tradisional, otomatis rumah itu akan jadi milik Anda sendiri. Tanah tempat rumah itu berada juga biasanya akan menjadi milik sendiri, tergantung surat kepemilikan.
Namun, jika membeli apartemen, Anda cuma memiliki unit apartemen itu, tidak termasuk tanah yang menjadi dasar bangunan tersebut.
Untungnya, Anda masih bisa menikmati fasilitas bersama yang disediakan pengelola kepada para penghuni apartemen, misalnya kolam renang, lapangan olahraga, dan tempat bermain anak.
2. Pemeliharaan
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah pemeliharaan bangunan. Untuk di rumah tradisional, segala macam pekerjaan, baik perawatan maupun perbaikan, merupakan tanggung jawab kita sendiri.
Jadi kalau ada bagian yang rusak, kita harus membeli dan mengganti perlengkapannya sendiri atau menyewa jasa orang lain untuk memperbaiki.
Shutterstock Ilustrasi apartemen
Nah, kalau di apartemen, masalah pemeliharaan menjadi tanggung jawab pengembang atau pengelola. Mereka sudah memungut biaya dari penghuni untuk ongkos perawatan, jumlahnya variatif tergantung kebijakan pengelola.
Jadi kalau ada kerusakan, penghuni tinggal melaporkan kepada pengelola untuk melakukan perbaikan.
3. Fitur komunitas
Ada satu kelebihan jika Anda tinggal di apartemen. Umumnya ada fitur komunitas, atau biasa disebut fasilitas, yang disediakan secara gratis kepada penghuni.
Sebut saja kolam renang, sarana olahraga, dan wahana bermain anak-anak. Fasilitas itu bisa digunakan bersama para penghuni apartemen.
Beda halnya kalau tinggal di rumah tradisional, fasilitas itu biasanya disewakan dengan biaya tertentu.
Setelah memikirkan ketiga hal di atas, tidak ada salahnya Anda mencoba membeli hunian apartemen.
Bagi anak muda yang sudah mampu berinvestasi dan mencari apartemen di sekitar Jabodetabek, salah satu lokasi yang pantas dilirik yaitu di Cikarang.
Saat ini, salah satu rencana besar untuk Anda yang ingin punya apartemen di Cikarang adalah Meikarta. Sebagai kawasan kota baru yang akan tumbuh, Meikarta dapat dijadikan alternatif investasi bagi anak muda.