Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/07/2017, 15:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Kesenjangan pembangunan infrastruktur di Indonesia, disebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, merupakan dampak krisis finansial global yang terjadi pada 1997-1998 lalu.

Negara dihadapkan pada persoalan utang luar negeri yang besar. Selama 18 tahun terakhir, seluruh presiden yang memimpin Indonesia, mencoba mengurangi utang dan membuat sektor finansial publik menjadi lebih sehat dan kuat agar stabilitas negara terjaga.

"Bukan karena kita mau, tapi banyak Presiden pada masa lalu yang harus berjuang untuk mengatasi krisis finansial," kata Sri Mulyani saat Indonesia Infrastructure Finance Forum di Jakarta, Selasa (25/7/2017).

Saat ini, dia menambahkan, kondisi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jauh lebih stabil. Rasio utang dibandingkan produk domestik bruto (PDB) cukup rendah.

Hal tersebut memungkinkan Indonesia untuk memulihkan diri. Salah di antaranya dengan menjaga keberlangsungan pembangunan infrastruktur.

"Catching up dari apa yang terjadi 18 tahun lalu ini tidak mudah. Karena, jika melakukannya berlebihan, ini akan membuat public finance sustainability," kata mantan Managing Director Bank Dunia tersebut.

Dalam kegiatan yang juga diikuti Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim itu, Sri Mulyani berharap Bank Dunia dapat membantu Indonesia dalam membangun infrastruktur di Tanah Air.

Dia menambahkan, saat ini ada sekitar 245 proyek infrastruktur yang digarap pemerintah, baik itu di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

"Pemerintah perlu bantuan Anda (Bank Dunia) untuk menstrukturisasinya," ujarnya.

Karena itu, Sri Mulyani juga mengajak berbagai pihak, seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun sektor swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam membangun infrastruktur.

"Jangan banyak mengeluh, datangi kami, kami akan memberikan ruang karena ada banyak ruang," tuntas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com