“Harganya Rp 9 juta per meter. Jadi, kalau tipe 21 itu berarti Rp 180 juta-an,” kata Himawan saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Himawan menjelaskan, nantinya rusun yang rencananya dibangun dua menara dengan total hunian 500 unit tersebut akan dimaksimalkan untuk masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Meski seluruh unit untuk kalangan MBR, Perum Perumnas tetap akan memberikan komposisi untuk bangunan komersial.
“Target marketnya diharapkan untuk karyawan BUMN atau karyawan KAI, atau masyarakat PNS, atau masyarakat yang dianggap menengah bawah,” imbuh Himawan.
Sementara itu, guna memastikan rusunami tidak dibeli sebagai instrumen investasi, Himawan mengatakan calon pembeli rusunami terlebih dahulu akan diverifikasi oleh bank penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Untuk diketahui, rusunami Tanjung Barat akan berdiri di lahan milik PT KAI (Persero), namun Hak Peruntukan Lahan (HPL) masih di tangan Kementerian Perhubungan. Himawan berharap peralihan HPL bisa dilakukan segera, dan Perumnas bisa membangun dengan status Hak Guna Bangunan minimal 25 tahun.
“Akhir kuartal kedua, kalau lancar, kita harapkan sudah konstruksi,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.