Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup di Kalibata City, Tak Mengenal Tetangga Sebelah Kanan dan Kiri...

Kompas.com - 24/01/2015, 10:20 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kehidupan sosial di rusunami rupanya jauh berbeda dengan di perumahan tapak (landed house).

Bila di perumahan Anda dapat mengenal siapa tetangga sebelah kiri, kanan, depan, dan belakang rumah, di rusunami hal itu justru sulit dilakukan. Kehidupan sosial di rusunami cenderung lebih individualis.

“Kalau di sini susah banget kenal sama tetangga. Untuk saling sapa juga jarang banget,” ujar salah satu penghuni Herbras Tower, Kalibata City, Gita Hapsari, kepada Kompas.com, Jumat (23/1/2015).

Menurut Gita, tinggal di rusunami tak memberikan ruang untuknya bersosialisasi. Para penghuni cenderung bersikap apatis dengan kondisi tetangganya.

“Padahal jaraknya lebih dekat, cuma disekat dinding kamar. Tapi masing-masing penghuni gak peduli sama kondisi tetangganya,” tambah Gita.

Penghuni rusunami lainnya di Cendana Tower, Adit, mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, kehidupan di rusunami lebih beragam karena banyaknya suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda. Hal tersebutlah yang menurut Adit membentuk sikap individualitas penghuni.

“Lebih sulit bersosialisasi di sini. Kita satu lantai, berdekatan tapi masih juga gak saling kenal. Mungkin karena penghuninya heterogen ya. Dari yang agamis sampai kriminal juga ada,” ungkap Adit.

Selain itu, rusunami juga tak cuma dihuni oleh warga lokal, ada juga warga negara asing. Adit sering melihat warga asing dengan beragam kebangsaan, ada Timur Tengah, kulit hitam, hingga Tiongkok.

“Di sini memang sangat heterogen ya, macam-macam orang ada. Gak cuma orang Indonesia saja,” ujar Adit.

Biaya hidup

Selain kehidupan bersosialisasi, biaya hidup di rusunami juga jauh berbeda bila dibandingkan perumahan. Menurut Gita, biaya hidupnya di Kalibata City terhitung tinggi. Dalam sebulan, mahasiswa yang kuliah di Universitas Indonesia tersebut dapat menghabiskan uang hingga Rp 3 juta.

“Sebulan itu habis biaya untuk maintenance, parkir, listrik, laundry, makan, juga belanja kebutuhan pokok,” beber Gita.

Berbeda dengan Gita, Adit yang memiliki tanggungan istri dan satu anak, memiliki biaya hidup lebih tinggi lagi. Dia menjelaskan, untuk meminimalisasi biaya tersebut, keluarganya lebih memilih masak dan mencuci baju sendiri.

“Saya kan sudah berkeluarga, biayanya pasti cukup besar untuk tinggal di sini. Ada biaya tambahan untuk maintenance juga. Selain itu kalau di rumah mungkin bisa belanja ke pasar tradisional, di sini lebih sering ke swalayan yang ada di dalam mall, jadi terhitung mahal,” tandas Adit.

Meski memiliki biaya hidup yang cukup tinggi serta sulitnya bersosialisasi, Adit menambahkan, dirinya lebih memilih tinggal di rusunami karena fasilitasnya lebih lengkap.

Kalibata City sendiri merupakan rusunami yang berada di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan. Terbagi menjadi dua kompleks, Kalibata Residence dan Kalibata Regency. Kalibata City telah dipasarkan sejak sejak Mei 2008. Saat itu, harga Kalibata Residence dibanderol Rp 144 juta untuk tipe dua kamar dan Rp 88 juta untuk tipe satu kamar. Sedangkan Kalibata Regency dipasarkan dengan harga per unit mulai Rp 100 juta.

Harga murah tersebut dimungkinkan karena adanya subsidi yang diberikan oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan harapan dapat menampung masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tinggal di dalamnya.


Baca juga: Terbukti, Rusunami Kalibata City Bukan untuk Orang Miskin!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau