Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Pasar Konstruksi Terbesar di Asia Tenggara

Kompas.com - 22/01/2015, 19:22 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (BP Konstruksi Kemen PU-Pera), Hediyanto W Husaini, menyatakan, pasar konstruksi Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

"Berdasarkan Asia Construction Outlook 2014, pasar konstruksi Indonesia mencapai nilai 267 miliar dollar AS. Jauh di atas sesama negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Atau sepuluh kali lipat di atas Singapura," ungkap Hediyanto saat memaparkan Kesiapan Pelaku Usaha Jasa Konstruksi dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan Pembangunan Infrastruktur 2015-2019, Kamis (22/1/2015).

Hediyanto menambahkan, nilai pasar tersebut sekaligus menempatkan Indonesia terbesar keempat di Asia, di bawah Tiongkok dengan 1,78 triliun dollar AS, Jepang dengan 742 miliar dollar AS, dan India 427 miliar dollar AS.

"Meski demikian, pasar konstruksi Indonesia tumbuh pesat dua setengah kali lipat. Dengan kapasitas yang demikian besar, menggoda pelaku usaha jasa konstruksi asing untuk ikut meggarap pasar kita. Sebaliknya, kita harus memanfaatkannya secara maksimal. Tentu saja dengan berbagai upaya pembinaan dan perbaikan dengan penekanan pada kualitas dan kompetensi," tutur Hediyanto.

Pada 2013 saja, tambah Hediyanto, sektor konstruksi telah berkontribusi sebanyak sepuluh persen menjadi 109 miliar dollar AS terhadap PDB Nasional. Padahal, lima tahun lalu, hanya sebesar lima persen.

"Nah, adanya Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 dengan kebutuhan infrastruktur dasar senilai Rp 6.500 triliun, kapasitas pasar konstruksi juga bakal terus meningkat," imbuh Hediyanto.

Uji kompetensi

Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menuntut kesiapan sektor konstruksi Indonesia, baik pelaku usaha jasa konstruksi, produsen material konstruksi, sumber daya manusia (SDM) maupun teknologi konstruksinya.

"Saat ini kami lebih fokus pada pengembangan kualitas ketimbang kuantitas. Untuk itu kami akan melakukan perampingan badan usaha jasa konstruksi yang bersifat generalis, menjadi badan usaha konstruksi yang bersifat spesialis," papar Hediyanto.

Badan usaha jasa konstruksi yang ada di Indonesia sebanyak 77.000 perusahaan dan dengan keahlian sebanyak 101.000 perusahaan. Dari jumlah sebanyak ini, hanya 1.974 kontraktor yang amsuk kategori spesialis.

"Namun, bukan jumlah yang menentukan kemajuan konstruksi, melainkan kualitas yang utama. Kami akan melakukan pembinaan lebih mendalam agar perusahaan-perusahaan kontraktor Indonesia lebih meningkat kualitasnya dan bisa bersaing dengan kontraktor asing. Sehingga kemudian jumlah kontraktor menjadi lebih sedikit atau ramping namun efektif dan efisien karena pekerjaannya berkualitas," tandas Hediyanto.

Selain kesiapan badan usaha jasa konstruksi, MEA juga menuntut kesiapan para profesional dan tenaga konstruksi. Indonesia, kata Hediyanto, punya 6,9 juta tenaga kerja konstruksi. Sayangnya, 50 persen atau 3,7 juta di antaranya tidak terampil. Hanya 1,8 juta tenaga terampil, sisanya 620.000 merupakan pekerja profesional dan memiliki keahlian.

"Untuk dapat bersaing sesuai dengan standard internasional, kami akan melakukan uji kompetensi, dan keahlian untuk para tenaga konstruksi ini. Target kami dalam lima tahun ke depan, akan melahirkan 500 badan usaha konstruksi percontohan dalam arti bagus secara kualitas serta 2,8 juta tenaga konstruksi terampil dan bersertifikat," pungkas Hediyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com