Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapitalisasi Pasar Properti Tahun Ini Naik 8 Persen

Kompas.com - 19/01/2015, 13:14 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapitalisasi pasar properti tahun ini diprediksi meningkat delapan persen. Kenaikan tidak terlalu tinggi seperti tahun 2012-2013 yang mencapai 15 persen, namun sudah mulai tumbuh.

Direktur Eksektutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengungkapkan hal tersebut kepada Kompas.com, Senin (19/1/2015).

"Pasar properti tahun ini bangkit lagi, setelah melemah tahun lalu. Meski tidak beranjak jauh tapi ada pertumbuhan. Dan ini merupakan sinyal positif bagi para pelaku bisnis properti," ujar Panangian.

Dia menuturkan, pertumbuhan delapan persen merupakan fenomena menarik. Pasalnya, Indonesia masih dihantui fluktuasi inflasi, dan tingginya suku bunga yang dipengaruhi faktor eksternal.

Tahun 2013 inflasi sekitar 8,3 persen dan tahun 2014 sekitar 8,3 persen sementara tahun ini, Panangian memperkirakan inflasi bisa ditekan 4,5 persen-5 persen.

"BI Rate pun akan berubah jadi 8 persen terkait rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya. jadi angka pertumbuhan delapan persen sudah terhitung bagus buat pasar properti Indonesia," tutur Panangian.

Hunian mendominasi

Ada pun subsektor yang akan mendominasi pasar pada tahun 2015, kata Panangian, adalah apartemen untuk kelas menengah bawah di dalam kota Jakarta dengan harga Rp 600 juta-Rp 1 miliar.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dikuasi investor, apartemen-apartemen yang masuk pasar tahun 2015 secara mayoritas akan dibeli oleh pengguna akhir (end user).

"Kalangan menengah bawah ini yang menjadi captive market buat produk apartemen dengan luas 36 meter persegi, 45 meter persegi, dan 60 meter persegi," ucap Panangian.

Sementara perumahan berada di posisi kedua yang diburu pasar. Rumah-rumah seharga Rp 400 juta hingga Rp 600 juta menjadi primadona. Panangian menegaskan, meski perumahan tersebut dikembangkan "di ujung dunia", akan tetap dibeli oleh konsumen kelas menengah bawah.

"Subsektor ruko akan mengikuti arah pengembangan perumahan. Di mana perumahan dibangun, di situ pasti ada ruko. Nah, ruko-ruko yang menempel dengan perumahan yang punya prospek cerah tahun ini," ujar Panangian.

Dia menambahkan, berbeda halnya dengan ruko yang dikembangkan di kawasan-kawasan favorit seperti Kelapa Gading, Serpong, Puri Indah, dan Pondok Indah, yang justru bakal mengalami stagnasi.

"Kalau harga ruko sudah menembus angka Rp 2 miliar ke atas, itu sudah tidak feasible dan saya tegaskan tidak akan laku. Contohnya ruko di St Moritz Puri Indah, Lippo mengalami kesulitan menjualnya karena pasar tidak sanggup menyerapnya," terang Panangian.

Demikian halnya dengan rumah-rumah bandar (townhouse) di Kemang dan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akan mengalami nasib serupa yakni mandek dalam penjualan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com