Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cape Town, Harapan dari Kota Metropolis Terkejam di Afrika...

Kompas.com - 22/10/2014, 16:15 WIB
Latief

Penulis

Sumber Bloomberg
KOMPAS.com - David Pearson bermimpi, kehadiran sebuah komunitas baru terdiri dari 800.000 jiwa atau lebih besar dari Boston, lengkap dengan pabrik-pabrik, sekolah, klinik dan perguruan tinggi akan membantu menghapus warisan apartheid di Cape Town, Afrika Selatan. Jika ide itu terwujud, Proyek Wescape senilai 13 miliar dollar AS di kedua kota terbesar Afrika Selatan itu bisa menjadi model pengembangan kota di seluruh benua.

"Afrika perlu menjembatani kesenjangan kota ketiga dan dunia pertama untuk memastikan bahwa Afrika tidak lagi menjadi penyewa di negara mereka sendiri," kata Pearson (50).

Pearson berkisah, dirinya melarikan diri negara itu pada 1978 setelah orang tuanya diancam akan ditangkap karena melanggar larangan apartheid jenis kelamin antara orang kulit putih dan ras lainnya. Dia baru kembali dari Kanada pada 1990 ketika Nelson Mandela dibebaskan dari penjara.

Impian Pearson memang dibutuhkan untuk menjadi kenyataan. PBB memperkirakan, perencanaan untuk pertumbuhan di negara itu sudah sangat mendesak lantaran penduduk perkotaan di Afrika meningkat empat kali lipat menjadi 1,34 miliar pada 2050 nanti. Luas kota di benua itu sudah dirusak oleh ketimpangan dan kejahatan. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, laju tercepat dari setiap negara berkembang Asia.

Kontras. Barangkali itulah kata yang tempat bagi Cape Town. Kawasan itu disebut-sebut sebagai kawasan realestat paling mahal di Afrika, yang seperempat dari tempat tinggal di situ masih kekurangan air bersih.

Berdasarkan peringkat PBB pada 2012 lalu, dari 21 kota di negara-negara berkembang, Cape Town menduduki peringkat yang paling tidak setara setelah Johannesburg. Sebuah studi oleh Dewan Keamanan Publik dan Peradilan Pidana Meksimi menemukan bahwa Cape Town sebagai kota metropolis paling kejam di Afrika.

www.shutterstock.com Berdasarkan catatan New World Wealth, sekitar 2.100 multi-jutawan dari Eropa dan Johannesburg memiliki properti di Cape Town, terutama di sepanjang pantai.
Imbauan global

Berdasarkan catatan New World Wealth, sekitar 2.100 multi-jutawan dari Eropa dan Johannesburg memiliki properti di Cape Town, terutama di sepanjang pantai. Pinggiran kota Camps Bay, Clifton, Bantry Bay, Fresnaye, serta Llandudno memiliki lebih dari 400 rumah dengan nilai melebihi 20 juta rand atau setara Rp 21 miliar lebih.

"Cape Town dipandang sebagai kota internasional," kata Andrew Amoils, seorang analis di New World Weatlh yang berbasis di Johannesburg.

"Kawasan pesisir menarik bagi orang-orang super kaya sebagai pelarian dari belahan bumi utara saat musim dingin," tambahnya.

Berdasarkan survei pada Juni lalu oleh DeVere Group, sebuah perusahaan konsultan keuangan di Zurich, para profesional muda Inggris menilai Cape Town sebagai tujuan pindah keempat setelah Hong Kong, Dubai, dan New York.

Survei itu memang tidak berlebihan. Laporan hasil survei Knight Frank LLP, sebuah perusahaan properti global yang berbasis di London, Maret 2014 lalu memaparkan, harga realestate mewah di sana tergolong murah, yaitu senilai 1 juta dollar AS untuk unit rumah seluas 215 meter persegi atau hampir sembilan kali lebih besar ketimbang hidup di London. 

"Apartheid" Tata Ruang

"Apartheid spasial di Afrika Selatan begitu berakar," kata Gita Goven, CEO ARG Design yang berbasis di Cape Town.

Menurut dia, sejatinya, itulah tantangan Pearson. Sementara ini, Kongres Nasional Afrika tengah berkuasa dan membangun lebih dari 3,3 juta rumah murah sejak mengambil kekuasaan di bawah Mandela pada 1994. Angka-angka hasil sensus pada 2011 lalu menunjukkan sekitar seperlima dari 3,74 juta jiwa Cape Town masih tinggal di gubuk-gubuk.

Rencananya, proyek Pearson akan menempati lahan seluas 3.100 hektar atau hampir 10 kali ukuran New York Central Park. Lokasinya 25 kilometer sebelah utara dari pusat kota itu.

Proyek Wescape ini akan menawarkan hunian murah seharga 295.000 rand atau setara Rp 320 juta untuk apartemen dua kamar tidur. Pearson mengatakan, proyek tersebut akan menciptakan sekitar 300.000 lapangan kerja permanen dan menyediakan 400 penitipan anak dan sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau