Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan Toilet, Perempuan India Hidup dalam Bahaya

Kompas.com - 04/06/2014, 18:04 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Kasus pemerkosaan yang terjadi di India akhirnya mendapat perhatian dunia. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa sebagian kasus tersebut terjadi lantaran penduduk India masih menggunakan kamar mandi umum.

Lokasi kamar mandi atau toilet yang jauh dari rumah membuat para perempuan dan anak-anak harus pergi meninggalkan rumah di tengah malam. Keadaan ini tambah berbahaya, jika lingkungan sekitar rumah pun tidak memiliki pencahayaan memadai.

 
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa dari 1,2 miliar penduduk India, 665 juta keluarga tidak memiliki kamar mandi pribadi di rumah. Mereka yang tidak memiliki kamar mandi biasanya tinggal di pedesaan. Kamar mandi umum yang ada di pedesaan pun tidak nyaman bagi para perempuan. Mereka mengaku, biasanya ada pria-pria di sekitar kamar mandi umum yang tidak segan melakukan pelecehan pada pengguna kamar mandi perempuan.
 
"Sekitar 65 persen populasi pinggir kota di India buang air besar di tempat terbuka, dan para perempuan, baik dewasa maupun anak-anak, biasanya akan keluar di malam hari. Hal ini tidak hanya mengancam martabat mereka, namun juga keamanan mereka," ujar perwakilan UNICEF, Louis-Georges Arsenault.
 
Sejauh ini, tindakan untuk menyediakan toilet bagi penduduk India sebenarnya sudah berkali-kali dilakukan. Pendiri Sulabh Sanitation dan Social Reform Movement, kelompok yang membantu menyediakan toilet rendah biaya, Bindeshwar Pathak, mengestimasi bahwa negaranya membutuhkan sekitar 120 juta kloset. Setelah terjadi kasus pemerkosaan karena kurangnya toilet, kelompok ini segera membangun toilet di 108 rumah di desa Katra Sadatganj.
 
Meski sudah ada langkah konkrit, namun masalah ini belum juga teratasi. Kurangnya toilet masih terjadi, baik itu di daerah kumuh kota, maupun di daerah pinggir kota. Sistem kasta yang ada di India pun membuat masalah ini tidak kunjung selesai. Umumnya, para perempuan dan anak-anak yang menjadi korban pelecehan dan pemerkosaan berada pada kasta terendah. Sementara, para penyerang mereka berada di kasta lebih tinggi. Penduduk yang terlahir dalam keluarga berkasta rendah pun identik dengan kemiskinan dan keengganan untuk mengkonfrontasi pelaku dari kasta lebih tinggi.
 
"Sore hari benar-benar menyeramkan. Pria-pria muda, terkadang mabuk, memberikan komentar tidak senonoh dan kami tidak bisa apa-apa," ujar Sarita Kuswaha (50), ibu dua anak. Kuswaha pernah diserang seorang pria ketika dia pergi ke ladang di desanya, tidak jauh dari Milkipur, sebuah kota kecil di Uttar Pradesh. Menurut Kuswaha, ibu mertuanya meminta dia bungkam mengenai kasus ini karena sang pelaku merupakan kerabat dari kepala desa.
 
Pemerintah yang korup pun tidak banyak membantu. Sumber yang sama menyebutkan bahwa rezim pemerintah sebelumnya sudah menjanjikan akan memberikan pelayanan sanitasi pada daerah kumuh di India. Namun, proyek-proyek tersebut tertunda karena korupsi, penyalahgunaan dana, dan kurangnya political will.

Di Uttar Pradesh, misalnya, proyek sanitasi masif diluncurkan pada 2002 untuk membangun toilet. Hingga 2011, hanya 22 persen pemilik rumah yang sudah punya kamar mandi pribadi.

 
"Data ini dengan jelas membuktikan bahwa uang masyarakat telah terbuang ke toilet," ujar Alok Ranjan, pejabat senior pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com