Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye "arabisasi" Ancam Terhentinya Sektor Konstruksi

Kompas.com - 06/01/2014, 11:45 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Nasionalisasi pekerja, tak selamanya membuahkan hasil positif. Alih-alih menciptakan pertumbuhan, malah terpuruk kemudian.

Arab Saudi, contohnya. Negeri jazirah ini telah menerapkan 'nitaqat' yakni kampanye 'arabisasi' di sektor tenaga kerja. Akibat kebijakan ini, harga properti, terutama residensial di Riyadh, Jeddah, Madinah dan kota-kota besar lainnya melonjak gila-gilaan.

'Nitaqat' memang telah membuat kondisi sektor konstruksi mengalami penundaan. Bahkan, lebih parah lagi, terhenti. Sebelumnya, sektor ini harus menanggung beban defisit lahan dan meningkatnya harga material bangunan yang sebagian besar diimpor dari mancanegara.

Kampanye 'nitaqat' sejatinya
bertujuan untuk membebaskan Arab Saudi dari pengangguran, mengingat tingkat pengangguran saat ini mencapai 13 persen. Mereka mengatur masuknya ekspatriat ke pasar tenaga kerja melalui sebuah dekrit yang mengharuskan semua perusahaan mempekerjakan sejumlah karyawan domestik, berdasarkan ukuran perusahaan.

Untuk memastikan dekrit tersebut berjalan efektif, pemerintah memperkuatnya dengan melakukan razia di seluruh perusahaan yang mempekerjakan ekspatriat yang tidak memiliki  dokumentasi lengkap.

Sejak Maret 2013, hampir satu juta orang asing telah dipulangkan ke negaranya masing-masing. Dari sejumlah itu, 137.000 di antaranya dikategorikan sebagai pekerja ilegal yang telah ditangkap dan dideportasi bulan lalu. Penangkapan tersebut membuat sejumlah ekspatriat menahan diri muncul di depan publik.

Untuk diketahui, terdapat sekitar dua pertiga ekspatriat dari total tenaga kerja yang mencari nafkah di Arab Saudi. Alih-alih melancarkan, kebijakan tersebut justru menyebabkan gangguan dalam sejumlah layanan vital, termasuk pengiriman air minum, pembersihan jalan-jalan, dan bahkan sopir bagi ibu rumah tangga.

Lebih dari itu, sektor yang paling terpukul oleh kebijakan ini adalah konstruksi. Pasalnya sektor konstruksi sangat bergantung pada tenaga kerja asing yang dibayar murah. Menurut data Kamar Dagang Arab Saudi, dari sejumlah 200.000 perusahaan yang beroperasi sebagai kontraktor bangunan, sekitar 100.000 dilaporkan telah menutup usahanya.

Berbagai proyek yang tengah berjalan pun, untuk sementara dibekukan. Sementara proyek lain mengalami kesulitan memulai konstruksinya. Padahal, Arab Saudi punya proyek senilai 3 triliun Riyal hingga 2020 mendatang.

Pemerintah lupa, bahwa kebijakan "nitaqat" tak lantas membuat penduduk setempat mau bekerja sebagai pekerja konstruksi kasar. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan di sektor ini akan terus mempekerjakan orang asing. Meskipun harus menunda konstruksi, beberapa perusahaan memilih menyelesaikan dokumen para pekerjanya untuk kemudian dapat melanjutkan kembali proyeknya. Walhasil, bila hal ini terus berlangsung, maka meroketnya harga properti tak bakal terelakkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tambah Beban Buruh, Apindo Tolak Aturan Tapera

Tambah Beban Buruh, Apindo Tolak Aturan Tapera

Berita
Sama-sama Potong Gaji Karyawan, Program Perumahan Tapera dan BPJS Ketenagakerjaan

Sama-sama Potong Gaji Karyawan, Program Perumahan Tapera dan BPJS Ketenagakerjaan

Berita
Aplikasi MLFF Cantas Belum Ada di Play Store, Ini Penjelasan Kementerian PUPR

Aplikasi MLFF Cantas Belum Ada di Play Store, Ini Penjelasan Kementerian PUPR

Berita
Potong Gaji Pekerja, Duit Iuran Tapera Bisa Dipakai Apa?

Potong Gaji Pekerja, Duit Iuran Tapera Bisa Dipakai Apa?

Berita
Kenaikan Harga Rumah Seken di Bogor Tertinggi di Jabodetabek dan Pulau Jawa

Kenaikan Harga Rumah Seken di Bogor Tertinggi di Jabodetabek dan Pulau Jawa

Berita
Basuki Buka Suara soal Aturan Gaji Karyawan Dipotong buat Tapera

Basuki Buka Suara soal Aturan Gaji Karyawan Dipotong buat Tapera

Berita
Prinsip yang Wajib Diterapkan Ketika Ingin Mendekorasi Rumah Minimalis

Prinsip yang Wajib Diterapkan Ketika Ingin Mendekorasi Rumah Minimalis

Tips
Ingat, Tak Bayar Tol MLFF Bisa Kena Denda Tarif sampai 10 Kali Lipat

Ingat, Tak Bayar Tol MLFF Bisa Kena Denda Tarif sampai 10 Kali Lipat

Berita
3 Rest Area Baru di Tol Trans-Sumatera Siap Tampung 319 Penyewa

3 Rest Area Baru di Tol Trans-Sumatera Siap Tampung 319 Penyewa

Berita
Bangun Mal di Makassar, Summarecon Rogoh Kocek Rp 500 Miliar

Bangun Mal di Makassar, Summarecon Rogoh Kocek Rp 500 Miliar

Ritel
Penjelasan Jokowi dan BP Tapera soal Aturan Gaji Karyawan Dipotong buat Tapera

Penjelasan Jokowi dan BP Tapera soal Aturan Gaji Karyawan Dipotong buat Tapera

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Aceh Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Aceh Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
3 Rest Area di Tol Trans-Sumatera Siap Layani Pengguna, Progresnya Tembus 90 Persen

3 Rest Area di Tol Trans-Sumatera Siap Layani Pengguna, Progresnya Tembus 90 Persen

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Aceh Utara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Aceh Utara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Nihil Pemenang, Hasil Lelang Ulang Tol Getaci dan Gilimanuk-Mengwi

Nihil Pemenang, Hasil Lelang Ulang Tol Getaci dan Gilimanuk-Mengwi

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com