"Tahun 2016 yang sudah pasti lokalitas itu akan semakin banyak. Bisa kita lihat beberapa apartemen, contohnya di Alam Sutra itu unsur lokalitasnya semakin ada, semakin tematik. Jadi trennya pasti ke sana," jelas arsitek PT Arya Cipta Graha, Cosmas Gozali, di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Cosmas juga menjelaskan bahwa lokalitas yang dimaksud adalah dengan menggunakan bahan-bahan material dari lokasi proyek pembangunan dilaksanakan.
"Kita banyak sekali misalnya bata. Kalau proyeknya di Sumatera carilah bahan-bahan material yang buatan Sumatera jangan melulu semuanya didatangkan dari Jawa," imbuh dia.
Untuk mendukung itu, Cosmas menyarankan pemerintah dan pengembang membuka kesempatan bagi manufaktur untuk memperlus bisnisnya.
"Nah yang seperti itu, sebetulnya manufaktur harus diajak, harus dibuka situasi-situasi untuk mereka investasi di berbagai pulau. Ini supaya tidak semuanya terpusat di Pulau Jawa saja," harap Cosmas.
Bukan hanya itu, lokalitas juga bisa dimunculkan dari desain arsitektur bangunan. Misalnya dengan menggunakan corak-corak etnik budaya Indonesia dalam.
Segi arsitektur sendiri tak bisa dilepaskan dari bisnis properti. Keberadaannya mampu menjadi patokan harga bagi perumahan atau apartemen.
"Pengaruhnya akan cukup besar sekali buat harga pasar makanya kita sebagai arsitek tidak hanya membuat bangunan indah tapi juga affordable," kata Cosmas.
Lokalitas juga bisa menjadi kunci bagi para arsitek untuk bersaing dengan arsitek asing dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Apalagi untuk tahun depan ya seperti saya bilang tadi lokalitas itu hanya kita yang tahu, hanya orang Indonesia yang tahu. Orang asing nggak tahu soal itu," ucap Cosmas.
Cosmas berharap para arsitek Indonesia mampu membawa lokalitas itu ke pentas global demi dapat bersaing dengan langgam arsitektur lainnya.