Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Cerdas Gunakan Teknologi dalam Mengelola Kota

Kompas.com - 13/08/2015, 21:18 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kota yang cerdas, dipimpin oleh pemimpin yang cerdas. Dengan demikian, peran wali kota sangat berpengaruh terhadap kemajuan kota itu sendiri. Menurut Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo, para wali kota di Indonesia saat ini mampu mengatasi banyak permasalahan di kotanya.

"Tadi lima wali kota diundang untuk berbagi di forum, tentang bagaimana penggunaaan teknologi komunikasi bisa menyelesaikan permasalahan di kota ini. Melihat wali kota yang tampil, yang berusia muda, Kompas yakin masa depan Indonesia begitu cerah," ujar Budiman saat acara Penganugerahan Kota Cerdas Indonesia, di Hotel Sangri-La, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Para pemimpin muda ini, lanjut Budiman, banyak kota cerdas mengidentifikasi persoalan yang ada. Setelah diidentifikasi, wali kota menyelesaikannya dengan aplikasi teknologi dan komunikasi.

Budiman menuturkan, kota semakin sarat dengan beban. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik, menurut dia, pada 1950 hanya 26 persen penduduk yang tinggal di kota. Pada 1990, jumlahnya meningkat hingga 50 persen. Dia memproyeksikan pada 2020, ada 85 persen penduduk yang tinggal di kota.

Bertambahnya penduduk, sejalan juga dengan bertambahnya beban yang berat bagi kota. Beban tersebut antara lain menimbulkan persoalan kriminalitas, tingkat stres yangn tinggi, dan permasalahan sosial yang ada. Realita ini dihadapi oleh kota dan pemimpinnya.

Berdasarkan hal tersebut, kata Budiman, Kompas untuk mengumpulkan 93 wali kota yang menggambarkan bagaimana pergulatan para pemimpin dalam menyelesaikan persoalan dengan teknologi dan komunikasi.

Dari 93 kota ini, Kompas  kembali memilah dan memilih kota-kota yang secara cerdas menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam pemilihan ini, Kompas tidak bekerja sendiri, melainkan bersama Institut Teknologi Bandung dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

Dalam prosesnya, Kompas melibatkan lebih dari 1.000 peneliti. Mereka, lanjut Budiman, turun ke lapangan untuk mengetahui sejauh mana wali kota mengadopsi kemajuan informasi dan komunikasi untuk menyelesaikan masalah di kota.

Namun, bukan hanya mengukur teknologi, peneliti juga mengukur bagaimana persepsi warga di kota tersebut, apakah inovasi wali kota direspon oleh warganya. Dengan demikian, penelitian berangkat dari dua sisi, yaitu teknologi dan apresiasi warga.

"Kami meyakini, penggunaan teknologi komunikasi menjadi alat transportasi sosial dengan mengubah kota yang stres dan lambat," sebut Budiman.

Dia berharap, bangsa Indonesia bisa belajar secara horizontal ke kota lain di dunia. Jika aplikasi di kota lain di dunia lebih baik, maka sebaiknya ditiru dan diadopsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Begini Cara Memperpanjang Umur Mesin Cuci Anda

Begini Cara Memperpanjang Umur Mesin Cuci Anda

Tips
Pertambahan Nilai Ekonomi Berkat Sertifikat Tanah Tembus Rp 6.322 Triliun

Pertambahan Nilai Ekonomi Berkat Sertifikat Tanah Tembus Rp 6.322 Triliun

Berita
Tiga Bulan Pertama, Lippo Karawaci Raih Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Tiga Bulan Pertama, Lippo Karawaci Raih Pra-penjualan Rp 1,5 Triliun

Berita
Pendaftaran Tanah lewat PTSL Capai 112 Juta Bidang

Pendaftaran Tanah lewat PTSL Capai 112 Juta Bidang

Berita
Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Puji Progres Bendungan Meninting, Basuki: Mudah-mudahan Agustus Selesai

Berita
Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Berita
Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com