"Kebahagiaan atau happiness jauh lebih penting, daripada konektivitas. Kota cerdas itu tentang ekosistem, orangnya, warganya, yang bisa mengaktualisasikan dirinya dan bahagia hidup di kotanya," tutur salah satu penyusu kriteria Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 sekaligus Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB, Suhono Harso Supangkat kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2015).
Sebuah kota dianggap bisa menerapkan konsep cerdas, kata Suhono, bila mampu melayani, dan memenuhi kebutuhan warganya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Kota cerdas dalam perekonomian, Suhono mencontohkan, apabila kota tersebut ditopang perekonomian yang berjalan dengan baik, termasuk kegiatan industri, dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, terutama manusia sebagai aset dan aktor utama penggerak ekonomi.
Sementara dalam segi pengelolaan aspek sosial, sebuah kota dinilai berhasil jika masyarakat bisa menikmati keamanan, kemudahan dan kenyamanan di kota tersebut. Warga mendapatkan layanan kesehatan, transportasi, serta layanan publik lainnya yang mudah diakses dan layak.
Pengelolaan lingkungan yang cerdas juga dapat digambarkan sebagai kota yang bisa menyediakan hunian yang sehat, pengelolaan energi dengan prinsip hemat, dan kesesuaian tata ruang.