Sedianya, Signature Tower Jakarta yang dirancang Smallwood, Reynolds, Stewart, Stewart and Associates Inc. (SRSSA) sudah memasuki tahap konstruksi, akhir tahun lalu. Hanya, karena kendala perubahan desain dan KLB itulah, pembangunan fisik harus ditunda.
Managing Director Pandega Desain Weharima sebagai mitra lokal SRSSA, Tiyok Prasetyoadi mengungkapkan hal tersebut kepada Kompas.com, di Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Menurutnya, perubahan desain Signature Tower Jakarta ada pada penambahan menara baru setinggi 50 lantai yang akan dijadikan sebagai hotel. "Proses perizinan menjadi sangat panjang karena perubahan desain itu. Karena kami juga harus menyatukan dokumentasi tambahan pencakar langit baru ini dengan yang lama," tutur Tiyok.
Saat ini, Signature Tower Jakarta baru masuk sidang Tim Penilai Arsitektur Kota (TPAK). Lamanya sidang TPAK ini memakan waktu dua bulan. "Setelah TPAK, lanjut ke sidang Tim Penasehat Konstruksi Bangunan (TPKB) untuk menguji struktur bawah dan atas. Saya harap, bulan Mei sudah selesai," kata Tiyok.
Langkah selanjutnya, ujar Tiyok, mempersiapkan design development yang kemudian dirangkai dengan persiapan dokumen tender sekitar September dan Oktober 2014. "Tendernya sendiri akan dilaksanakan pada akhir tahun ini," tambahnya.
Untuk diketahui, Signature Tower Jakarta merupakan properti multifungsi yang dikembangkan PT Grahamas Adisentosa (Artha Graha Group). Ketinggiannya menjulang 638 meter dan mencakup 111 lantai. Di dalam bangunan ini, akan terdapat apartemen, perkantoran, hotel, dan juga pusat belanja.
Jika Signature Tower Jakarta terbangun, maka akan menempati posisi tertinggi kelima di dunia hingga 2020 mendatang. Posisi pertama ditempati Kingdom Tower yang menjulang hingga 1 kilometer, disusul kemudian berturut-turut oleh Burj Khalifa, Ping An Finance Center, dan Seoul Light DMC Tower.