Belum lagi rampung terbangun, ungkap Hendra, banyak perusahaan yang meminati untuk berkantor di The Tower. Namun, hingga saat ini, Alam Sutera belum memutuskan harga jual per meter perseginya mengingat ada beberapa komponen bangunan yang dibeli dengan menggunakan nilai tukar Dollar AS.
Satu yang pasti, komponen tersebut bakal membuat nilai investasi membengkak. Hendra menghitung, lebih dari Rp 1,5 triliun akan habis untuk membangun perkantoran yang diklaim sebagai Grade A tersebut.
Alam Sutera bukanlah satu-satunya yang membidik koridor Gatot Subroto sebagai wilayah pengembangan properti komersial. Pengembang lain juga berlomba membenamkan dana triliunan rupiah untuk membangun properti perkantoran, apartemen, dan hotel dengan klasifikasi bintang 5 berlian. Sehingga nilai investasi keseluruhan yang ditanam di koridor ini mencapai sekitar Rp 8 triliun.
Sebut saja, PT Kencana Graha Optima yang membesut proyek multifungsi, Mangkuluhur City. Menempati lahan seluas 4 hektar, Mangkuluhur City terdiri atas dua gedung apartemen, satu gedung hotel dan dua gedung perkantoran. Guna merealisasikan proyek ini, PT Kencana Graha Optima harus merogoh kocek senilai Rp 1,850 triliun.
Pengembang lainnya adalah PT Buana Pacifik International yang baru saja memulai konstruksi Gayanti City. Proyek ini terdiri atas dua menara apartemen berkonsep loft dan satu menara perkantoran.
"Kami menginvestasikan lebih dari Rp 1,1 triliun untuk membangun Gayanti City di atas lahan seluas 1,5 hektar," ujar Manager Marketing Gayanti City, Andry Susanto.
Berikutnya Rajawali Group. Imperium bisnis ini mengembangkan The St Regis Jakarta dengan cakupan fungsi hotel, kantor dan ruang ritel seluas total 141.000 m2, dengan nilai lebih dari 400 juta dollar AS atau setara Rp 4,6 triliun.
Berturut-turut kemudian Mulialand Group dengan Wisma Mulia 2 seluas 80.000 m2, dan PT Citratama Inti Persada dengan Centennial Tower seluas 148.300 m2.
Cerahnya masa depan kawasan Gatot Subroto sebagai pusat bisnis komersial, juga diakui oleh Direktur Utama PT Telkom Landmark Tower, Bayu S Utomo. Menurutnya, kawasan ini akan semakin menarik karena banyak proyek baru bermunculan.
"Koridor Gatot Subroto akan dipenuhi perkantoran dengan kualifikasi tinggi. Termasuk Telkom Landmark Tower. Meskipun tidak sepremium CBD Sudirman, namun Gatot Subroto punya peluang bagus. Inilah saat yang tepat buat pengembang yang dulu mencadangkan lahan di sini untuk mulai dikembangkan. Jadi, koridor ini terkesan "lambat" berkembang, hanya masalah timing," jelas Bayu.
PT Telkom Landmark Tower menginvestasikan dana senilai Rp 1,4 triliun untuk membangun dua gedung masing-masing setinggi 20 lantai dan 48 lantai. Kedua gedung tersebut akan beroperasi secara bertahap mulai 2015 mendatang.
Menurut Bayu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berikut anak dan cucu usaha akan menempati 75 persen ruang perkantoran Telkom Landmark Tower. Sisa 15 persen ruang lainnya akan dipasarkan untuk umum pada kuartal III 2014.