Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Benda Melengkung Lebih Menarik? Ini Jawabannya!

Kompas.com - 26/10/2013, 13:33 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Arsitek ternama Philip Johnson dikabarkan menangis ketika mengunjungi Museum Guggenheim di Bilbao karya Frank Gehry. Saat itu, Johnson juga mengatakan bahwa arsitektur bukan mengenai kata-kata, namun mengenai air mata. Bentuk Museum Guggenheim melengkung seolah mampu menggetarkan emosi Johnson dan banyak orang lainnya. 
 
Selama ini, selera dianggap sangat bergantung pada masing-masing individu yang merasakannya. Namun, dari hasil penelitian tampak bahwa manusia memang lebih tertarik pada benda-benda melengkung. Misalnya, jam tangan dengan tampilan muka melengkung, huruf dengan bentuk melengkung, sofa dengan bantalan empuk dan lembut, bahkan kemasan benang gigi berbentuk melengkung. 
 
Hal senada disampaikan DNews. Otak manusia lebih suka melihat bangunan, rumah, dan furnitur melengkung. Otak manusia menghasilkan reaksi yang sama ketika melihat sesuatu yang cantik dan melengkung. Otak menghasilkan sedikit rasa takut ketika melihat arsitektur dengan banyak garis lurus. Otak segera mengasosiasikan garis-garis tersebut dengan benda tajam, seperti belati. 
 
Seperti dikutip dalam Co.DESIGN, ahli saraf menyimpulkan bahwa kesukaan manusia terhadap benda-benda melengkung bukan sekadar selera pribadi. Hal tersebut sudah tertanam dalam otak kita. Dalam studi yang dipublikasikan awal tahun ini, partisipan tes lebih suka ruangan dengan banyak garis melengkung ketimbang garis lurus. Hal ini berlaku, baik untuk perempuan, maupun laki-laki.
 
Psikolog dari Universitas Toronto di Scarborough Oshin Vartanian menekankan, dengan kata lain, kita lebih menyukai benda-benda melengkung karena kurangnya sinyal ancaman, atau aman. 

Sayangnya, hal ini punya kelemahan. Co.DESIGN memberikan contoh bahwa ada barang-barang melengkung yang berbahaya atau menyeramkan, misalnya ular derik. Selain itu, desain melengkung pun tidak selalu indah dan luar biasa. Jika peneliti meminta subjek penelitiannya memilih karya arsitektur berdasarkan fungsi dan bukan keindahan, mungkin hasilnya berbeda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau