Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shanghai Mengancam Hongkong

Kompas.com - 18/09/2013, 20:34 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

HONGKONG, KOMPAS.com - Gelombang besar liberalisasi yang melanda China daratan, ternyata tak mampu membuat orang terkaya Asia meninggalkan Hongkong.

Li Ka-shing, taipan properti paling tajir tersebut, bertekad untuk tetap menjadikan Hongkong sebagai basis imperium bisnisnya, meskipun Shanghai sebentar lagi akan ditahbiskan menjadi Zona Perdagangan Bebas (Free Trade Zone).

Pemimpin besar Cheung Kong Holding Ltd dan Hutchison Whampoa Ltd ini mengakui, Shanghai akan menjadi ancaman terbesar buat Hongkong. Oleh karena itu, ia menyarankan, bekas koloni Inggris ini harus meningkatkan daya saing jika ingin menghindari "kekalahan" dari rivalnya.

"Zona perdagangan bebas Shanghai akan berpengaruh secara telak buat Hongkong," ujarnya.

Pejabat Eksekutif Leung Chun-ying mengatakan status zona perdagangan bebas memungkinkan terjadinya pertukaran yuan, liberalisasi suku bunga dan mengendurkan pembatasan investasi asing. Semua hal tersebut berpotensi mengancam status Hongkong sebagai magma keuangan terbesar di China.

Diubahnya status kota Shanghai, dinilai tepat oleh para pengamat. Sebab, China terlalu besar untuk hanya mengandalkan satu kota sebagai sentra bisnis.

"China merupakan pasar yang besar dan dalam jangka panjang tidak bisa hanya mengandalkan Hongkong sebagai satu-satunya pusatnya bisnis dan keuangan. Saya lebih mengkhawatiran memburuknya lingkungan politik di Hongkong ketimbang pembentukan zona perdagangan bebas Shanghai," ujar Kevin Lai, ekonom Daiwa Capital Markets Ltd.

Untuk diketahui, saat ini, pemerintahan petahana Leung semakin larut dalam perdebatan tentang percepatan reformasi pemilu. Mereka ditekan pihak oposisi di Parlemen guna menetapkan nominasi calon terbuka untuk pemilihan pemimpin berikutnya pada tahun 2017.

Tekanan publik yang dilakukan beberapa kelompok sipil kepada pemerintahan petahana semakin kuat. Mereka mendesak pemerintah Hongkong untuk mempercepat pengenalan demokrasi penuh. Faktor politik inilah yang diyakini pengamat dapat merusak perekonomian dan reputasi kota sebagai pusat keuangan.

Kendati demikian, Hongkong tak akan kehilangan reputasi. Karena kota ini memiliki karakteristik unik seperti aturan hukum yang ketat. Persaingan dengan Shanghai selama bertahun-tahun tak akan membuat Hongkong berubah banyak. "Yang harus dilakukan adalah, pemerintah fokus pada sektor ekonomi, seperti yang sudah dilakukan Singapura selama ini," ujar Lai.

Lepas dari itu, sejatinya, menurut Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, zona perdagangan bebas Shanghai dapat meliberalisasi 19 industri di sektor perbankan dan memungkinkan terjadinya pertukaran bebas mata uang yuan. Dus, tujuan China untuk membuat Shanghai sebagai pusat keuangan global pada tahun 2020, akan membantu meningkatkan daya saing negara itu. Setelah mengalami perlambatan ekonomi dengan pertumbuhan hanya 7,7 persen pada tahun lalu. Terendah sejak 1999.

Menurut sumber yang dapat dipercaya, seremoni pengukuhan Shanghai sebagai zona perdagangan bebas, kemungkinan akan dilakukan akhir bulan ini. Area seluas 29 kilometer persegi ini berada di sisi timur New Area Pudong, sepanjang Sungai Yangtze.



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Tiga Kota Ini Paling Diminati WNA Saat Berburu Properti di Indonesia

Berita
Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Tol Gilimanuk-Mengwi Dilelang Ulang, Basuki: Mudah-mudahan September Teken PPJT

Berita
Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Antisipasi Perpindahan Ibu Kota, Jababeka Siapkan Konsep TOD City

Hunian
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com